Pinky sangat terpesona dengan keindahan Pulau Nami. Pohon-pohon yang menjulang tinggi, diwarnai dengan daun-daun kering yang berguguran berwarna kuning menghiasi pulau itu.
"Mana ya dia?" ucap Mela sambil celingak-celinguk mencari seseorang dikerumunan para pengunjung dan wisatawan pulau Nami.
"Orangnya kayak gimana Mel?" tanya Pinky juga sambil celingak-celinguk.
Tiba-tiba Pinky terdiam melihat seseorang berdiri dikejauhan menatap ke arahnya. Jantungnya berdetak dengan cepat, nafasnya pun terasa sesak, hingga ia harus menarik nafas panjang beberapa kali untuk melegakannya. Matanya menjadi berkaca-kaca menahan air mata yang berusaha untuk keluar.
"Nah... itu dia. Ilya!" panggil Mela sambil melambaikan tangan.
Mela bingung karena melihat Ilya hanya terdiam dengan mata berkaca-kaca menatap ke arah Pinky. Saat ia melihat Pinky melakukan hal yang sama, ia baru menyadari apa yang sedang terjadi diantara mereka.
Ilya berlari ke arah Pinky, lalu dengan cepat memeluknya dengan erat. "Ini beneran kamu kan? Jangan bilang kalau ini hanya mimpi" ucap Ilya ditelinga Pinky dengan air mata yang bercucuran.
"Bukan, ini bukan mimpi" ucap Pinky juga dengan air mata yang tak bisa ia bendung lagi.
Ilya melepaskan pelukannya, lalu memegang wajah Pinky dengan kedua tangannya. "I miss you so much" ucapnya sambil menatap Pinky dengan wajah sendunya.
"I..." sebelum Pinky sempat menyelesaikan kalimatnya, Mela memotongnya.
"Jadi kalian?" ucap mela yang dari tadi memperhatikan kejadian itu di samping mereka dengan raut wajah bingung dan terkejut.
Pinky pun baru tersadar kalau Ilya adalah pria yang Mela cintai. Dengan cepat ia menjauhkan diri dari Ilya, lalu ia menghapus air mata dipipinya.
"I'm sorry!" ucap Pinky lalu melangkah pergi.
"Pinky!" panggil Ilya mengerjarnya.
Melihat hal itu, Mela bingung apa yang harus ia lakukan. "ILYA! GUE SUKA SAMA LO!" tanpa sadar kata-kata itu lah yang ia lontarkan saat Ilya belum jauh pergi.
Mendengar teriakan Mela, Pinky dan Ilya langsung menghentikan langkah tanpa membalikan badan. Sontak mata pengunjung pulau Nami tertuju padanya. Pinky kembali berlari tanpa menghiraukan teriakan Mela dan tanpa menoleh kearahnya. Begitu pula Ilya yang juga kembali berlari mengerjar Pinky.
"ILYAA...!!!" teriaknya geram sambil menitihkan air mata karena Ilya tidak menghiraukannya.
"Pinky! Pinky tunggu!" ucap Ilya sambil menahan tangan Pinky.
"Cukup Ya!" ucap Pinky dengan air mata yang membasahi pipinya.
"Kenapa Pink? Setelah kita ketemu, kamu mau pergi lagi tinggalin aku?"
"Nggak bisa Ya! Aku nggak mau lagi merusak hubungan orang. Aku nggak mau lagi merebut pria yang dicintai wanita lain. Udah cukup hidup aku menderita karena semua itu"
"Tapi aku sama Mela nggak ada hubungan apa-apa. Kita cuma teman. Aku juga nggak punya perasaan sama dia. Yang ada dihati aku cuma kamu" ucap Ilya sambil menarik lalu menggenggam kedua tangan Pinky.
Dengan cepat Pinky melepaskan tangannya dari genggaman tangan Ilya. "Tapi apa kamu tau isi hati Mela? Kamu nggak tau dia suka sama kamu? Kamu nggak denger tadi dia bilang apa?"
"Tapi Pink..."
"Udah lah Ya. Udah cukup hidup aku rusak karena ini semua. Kamu nggak tau apa yang sudah aku alami selama ini. Lebih baik kamu terus melanjutkan hidup kamu dengan wanita yang sudah mengisi hari-hari kamu dan jelas-jelas mencintai kamu. Anggap aja aku nggak pernah kembali" ucap Pinky dengan tegas, lalu membalikan badannya dan melangkah pergi.
Ilya hanya bisa terdiam dan terpaku sambil menundukan kepala. Pinky terus berjalan sambil menghapus air matanya yang terus mengalir. Setelah itu, Pinky kembali menuju kamar sewaan Mela. Sesampainya disana, mela tengah duduk meringkuk di sudut ruangan. Dengan cepat ia merapihkan dan memasukan pakaiannya ke dalam koper.
"Lo tenang aja Mel. Gue sama Ilya nggak ada apa-apa kok"
"Maksud lo?" tanya Mela dengan suara yang pelan.