From China, With Love

Cristal Chung
Chapter #3

CHAPTER 2 ~ AKU BENCI INI

September 8, 2018.

Moscow, Russia

Peluh keringat dari tubuh berotot seorang Eduard Radishhev bercucuran seperti tiada habisnya, berloahraga di pagi hari adalah sebuah rutinitas yang selalu di jalankan oleh Eduard sedari ia duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Berolahraga jam 5 pagi, mengangkat beban untuk menambah masa otot dan juga latihan bela diri, karena di lingkungan yang Eduard tinggali, kalau kau lemah, kau akan mati.

Eduard sedang berlatih tinju dengan Alex Pavlov, teman sedari kecilnya sekaligus seseorang yang akan menjadi tangan kanannya kelak, ketika Eduard meneruskan bisnis Papanya.

Go!1seru Galina Makarova, salah satu sahabat kecil Eduard juga, sebagai aba-aba untuk memulai latihan mereka Alex memasang kuda-kuda menunggu Eduard maju untuk menyerangnya, begitu pun dengan Eduard.

Mereka saling bertatapan dan berjalan agak menunduk, mengitari boxing ring2, seperti dua singa jantan yang sedang berkelahi untuk mendapatkan mangsanya. Eduard melaju pesat persis ke depan alex, dan mengangkat tangannya untuk melandaskan right hook yang di tepis oleh Alex, yang langsung di lanjutkan dengan uppercut menggunakan tangan kirinya, yang hampir mengenai rahang bawah Alex, jika Alex tidak sigap mundur.

Oops. Hampir saja” Alex tertawa ringan dan Alex juga memulai untuk memutuskan untuk menyerang Eduard, melandaskan pukulan elbow yang hampir mengenai pelipisnya, tapi Eduadrd menghindar dengan menunduk, Alex menggunakan kesempatan itu untuk meng-uppercut Eduard dengan tangan kanannya, tapi Eduard, yang melihat gerakan itu langsung menepis dengan tangan kanannya, dan meninju perut Alex, dan Alex membalasnya dengan tendangan menggunakan lututnya yang mengenai dada Eduard.

“Kurang ajar” Eduard berkata

“Maaf, Boss” Alex tertawa, tapi tentu saja Alex tidak merasa bersalah sama sekali, latihan itu berlanjut sampai pukul 6, latihan yang, kali ini, di menangkan oleh Eduard dengan kombinasi pukulan dan tendangan, yang membuat Alex terpapar di lantai boxing ring itu.

“101 – 100” Eduard dengan nafasnya yang memburu ia langsung berjalan ke tempat ia menaruh tempat minumnya dan duduk, untuk mengatur nafasnya “Aku yang menang”

“Lain kali aku yang akan memenangkannya” ujar Alex tak mau kalah.

Good job, guys3 Galina menepuk tangannya, lalu mengambil handuk dari kursi di samping boxing ring dan menyodorkannya kepada mereka.

Spasibo4 ucap Alex, sedangkan Eduard hanya mengambilnya dan menganggukkan kepalanya sebagai formalitas, Alex mengeringkan rambut caramelnya yang berantakan, dan Eduard pun melakukan yang sama terhadap  rambut cokelat gelapnya yang berombak yang masih tertata rapih, dengan beberapa helai rambut yang basah oleh keringat.

“Aku mandi” Eduard berjalan keluar dari ruangan olahraga yang letaknya di lantai 3 dari rumahnya yang bisa dibilang sebesar istana, dengan fasilitas lengkap, dari ruangan bermain, Gym, kolam berenang, sampai ruangan bawah tanah pun ada.

“Ah! Boss!” seru Alex “jangan lupa kita ada flight sebentar lagi”

“Hm” Eduard berjalan ke kamar mandinya yang berada di dalam kamarnya, dan membasuh tubuhnya dengan air hangat, dan menggunakan shampoo dan sabun yang berbau seperti campuran mint dan citrus.

Setelah merasa bersih, ia keluar hanya dengan menggunakan handuk di pinggang, dan berjalan ke bilik lemarinya yang sangat besar yang di penuhi dengan baju, sepatu, dan kumpulan jamnya, mengingat suhu pada bulan September di Russia sudah mulai dingin, ia memilih celana hitam, baju turtleneck putih, dan mantel hitam, dan sepatu suede berwarna cokelat.

Ia lalu berjalan keluar, tapi tidak sebelum ia mengenakan jam tangannya, Eduard melangkah menuruni tangga dan berjalan ke depan rumahnya, sebelum ia mencapai tujuannya, Eduard merasa ada yang ganjil, lalu ia menengokkan kepalanya ke kiri, dan ia melihat papanya yang sedang duduk di ruang tamu, dengan koran di tangan kanannya, dan secangkir kopi hitam di tangan kirinya.

Tidak biasanya seorang Vladimir Radishhev masih berada di rumah pagi-pagi seperti ini, biasanya papa Eduard sudah berada di kantornya, Papanya yang menyadari kehadiran anaknya, menengok untuk melihat anaknya.

“Ah, Eduard, sudah siap rupanya” Papa menepuk-nepuk punggung Eduard

“Sudah” jawab Eduard yang hanya di balas oleh anggukan Papanya itu.

“Ah! Papa lupa” Papa menepuk jidatnya, untuk ukuran seorang boss Mafia, papa Eduard tidak berlaku seperti boss Mafia pada umumnya, ia terlihat lebih seperti CEO pada umumnya yang ramah, tapi tentu saja, keramahan yang diperlihatkan bisa saja mematikan, ia bisa membunuh dengan darah dingin dengan senyum di wajahnya.

“Apa?” Papa Eduard membuka file yang ada di atas meja ruang tamu, dan menyodorkan selembar kertas.

“Apa ini?”

“Baca saja dulu”Eduard membaca lembaran kertas itu, dan kata-kata pertama yang Eduard lihat adalah ‘tiket pesawat’, Eduard langsung melihat ke Papanya yang hanya tersenyu-senyum.

“Apa maksudnya ini?” Eduard membaca lagi kertas yang berisikan tiket pesawat Eduard untuk pergi ke China.  Apakah aku harus menaiki pesawat komersial?  Eduard mendengus jengkel

Lihat selengkapnya