From China, With Love

Cristal Chung
Chapter #4

CHAPTER 3 ~ BULE SOMBONG

September 8, 2018.

Ningbo, China

Setelah 3 film romantis yang membuat hati Cassandra teremas-remas dan 1 novel yang berjudul “Winter in Tokyo” karya Ilana Tan, yang sudah ia baca berulang-ulang kali, mungkin untuk ke 10 kalinya, tetapi tetap, novel itu berhasil memikat hati Cassandra setiap kali ia membaca novel itu, akhirnya Cassandra dan teman-temannya mendarat di bandara International Lishe, Ningbo saat senja mulai menghiasi langit.  

“Akhirnya sampai” Cassandra meraihkan tangannya keatas untuk meregangkan tubuhnya yang sudah sangat kaku, untung saja kakiku tidak terlalu panjang, kalau tidak aku bisa kesemutan selama perjalanan. Berbeda halnya dengan Sarah yang memiliki kaki yang lebih jenjang.

“Yuk” Cassandra melihat tanda sabuk pengaman sudah padam, ia berdiri dan mengambil tasnya hitamnya yang berada di bawah kolong kursi depan, Sarah dan Risa mengiyakan dan mereka juga berdiri dan mengambil tasnya yang berada di bagasi atas.

“Aku udah pegel banget, parah” Sarah berkata sambil memukul-mukul punggungnya, padahal Sarah hanya dua tahun lebih tua dari Cassandra yang berumur 18 tahun, tapi entah mengapa punggung Sarah selalu bermasalah.

“Kapan sih punggungmu gak bermasalah?” Cassandra dan Risa cekikan, di ikuti oleh muka asam Sarah dia mengabaikan perkataan Cassandra, dan ia berjalan maju karena lorong pesawat kelas ekonomi itu sudah agak sepi.

Udara yang dihirup terasa berbeda, lebih kering dan menusuk, berbeda dengan Indonesia yang lebih lembab dang hangat, Cassandra meringis, baru ia menapakan kakinya di China, tapi ia sudah ingin pulang ke rumahnya,

Oi! jalan” salah satu rombongan Cassandra membangunkannya dari lamunannya.

“Maaf” Cassandra lalu berjalan lebih cepat karena ia sudah tertinggal oleh teman-temanya, ia terus berjalan tanpa tahu arah, ia celingak-celinguk ke kiri dan kanan, ia tidak melihat rombongannya sama sekali, tapi ia berjalan saja terus, berharap ia akan bertemu dengan rombongannya.

Bukannya bertemu dengan temannya, tapi badan Cassandra dipertemukan dengan sesuatu yang sangat kokoh dan besar. Cassandra segera memegangi hidungnya yang terkena dampak paling dahsyat dan merabanya kesakitan.

Ow” Cassandra mendongak ke atas untuk melihat seorang pria berdarah barat dengan badannya yang tinggi dan besar dan mukanya yang kotak dengan rahang yang kuat, alisnya yang tajam membuat kaca mata hitam yang ia pakai terlihat sangat cocok. Cassandra, terdiam sebentar, lalu laki-laki itu menurunkan kacamata hitamnya, dan menunjukan mata hijaunya yang senada dengan warna pohon rindang di hutan.

I’m sorry1 Cassandra meminta maaf

Sayangnya, memiliki wajah yang tampan bak pangeran dan badan yang ideal seperti model, bukan berarti orang itu juga memiliki kepribadian yang baik, karena ucapan maaf Cassandra hanya di balas dengan keangkuhan.

Tch” laki-laki itu hanya mendecih dan berjalan menjauhi Cassandra tanpa menjawab permintaan maaf Cassandra.

Sombong! Cassandra berjalan dengan kesal, ia menapakan kakinya di setiap langkah dengan emosi, tapi yang terpenting sekarang adalah mencari teman-temannya, ia melihat petunjuk arah yang bertuliskan ‘pengambilan bagasi’.

Ganteng-ganteng sombong Sepanjang jalan ia hanya bisa menggerutu kesal karena bule sombong itu, ia mengerutkan dahinya dan mencemberutkan bibirnya. Cassandra menghembuskan nafas lega ketika ia melihat ke depan dan mendapatkan dua sosok familier yang sedang menunggu kedatangan bagasi mereka.

Risa dan Sarah merasakan yang merasakan kehadiran Cassandra melihat kebelakang dan menyeringitkan dahinya melihat ekspresi Cassandra yang penuh dengan amarah. “Kemana aja?” Risa bertanya.

“Habis ketemu benteng sombong” mereka mengangkat alisnya dan mengangkat bahunya

“Belum sehari di China masa udah lost in China sih?” Sarah menertawakan Cassandra yang hanya menjulurkan lidahnya ke arah Sarah. Menunggu bagasi yang tak kunjung datang membuat ketiga sahabat itu menggerutu kesal.

“Kapan datengnya bagasi kita? Gerutu Sarah “udah nunggu 1 jam, sekarang jam 9 malem”

“Gak tau” Risa menjawab yang di lanjutkan dengan menguap yang lebar.

“Awas, lalat masuk” tawa Cassandra, lalu ia melihat bagasi berwarna biru tua berukuran besar yang diberikan tulisan ‘CASSANDRA’di bagian depan bagasi oleh Mama, awalnya Cassandra menolak bagasinya dituliskan seperti itu, tapi Mama berargumen ‘kalau hilang bagaimana?’ yang di iyakan oleh Papa, maka Cassandra tidak ada pilihan lain selain membiarkan Mama menulis namanya di bagasi.

“Astaga!” Cassandra menarik bagasinya dengan sekuat tenaga, meskipun tenaga Cassandra di bilang cukup kuat, tapi tetap, bagasi yang berisikan selimut bulu bebek tetap tergolong berat, belum lagi di tambah dengan barang-barang Cassandra yang lain.

“Isinya apaan sih?” Risa bertanya sambil membantu Cassandra mengambil bagasinya dari conveyor belt.

“Batu Malin Kundang” Cassandra menjawab sambil tertawa, bugh! Suara bagasi yang berhasil di taruh ke lantai terdengar.

Thanks”tidak lama kemudian, bagasi Sarah dan Risa datang, dan Cassandra membantu mereka mengangkat bagasi mereka. Mereka berjalan ke arah rombongan mereka.

“Semuanya sudah ngumpul?” kata Rian, si pemandu “Nah, kalau semua sudah ngumpul, kita sekarang akan menuju ke Universitas kalian, kita akan menggunakan MRT 2, yuk, kita jalan”

Rian mengarahkan kita untuk pergi ke stasiun MRT dan diberi unjuk cara untuk menukarkan uang untuk membeli tiket, yang ternyata tidak terlalu sulit, yang membuat perjalanan ini sulit adalah bagasi yang harus terus dibawa oleh masing-masing individu.

Mereka berjalan ke MRT dan hanya selang beberapa menit, kereta MRT  itu pun datang, dan lampu menyala menandakan pintu akan terbuka, Cassandra dan rombongannya masuk dan mencari tempat duduk, beruntung satu lorong sepi orang karena hari yang sudah malam, mereka semua bisa beristirahat sampai ke tempat tujuan, karena stasiun yang mereka tuju terletak persis di depan universitas.

Selama perjalanan, Cassandra melihat handphonenya dengan nomor baru yang sudah di berikan oleh pemandu untuk setiap orang di dalam rombongan, tapi dengan pertahanan yang ketat untuk akses internet di China, kebanyakan social media di blokir, dan semua orang harus mengunduh VPN agar akses bisa terbuka.

Menyusahkan pikir Cassandra, ia menunggu jaringan terkoneksi, tapi ia hanya melihat bola yang terus berputar dan berputar tanpa tanda-tanda akan terhubung, mungkin hpnya lagi adaptasi.

“Gila ya?” Sarah bertanya sambil melihat kearah kanan dan mendapatkan Cassandra yang sedang mengangguk-angguk sendiri, merasa tidak nyaman di lihati oleh Sarah, Cassandra pun melihat ke sahabatnya itu.

“Gak lah, aku yang paling normal di antara kalian” dan memang benar itu adanya, karena Sarah dan Risa bisa tiba-tiba mengeluarkan suara yang aneh atau melakukan gerakan yang aneh yang membuat Cassandra malu berjalan di dekat mereka dan hanya bisa menepuk jidatnya dan mengelus dadanya.

“Internet kalian bisa gak?” Cassandra bertanya kepada sahabat-sahabatnya itu, dan mereka mencoba di hp mereka masing-masing.

“Bisa tuh” Risa menunjukan hpnya yang sudah terhubung dengan VPN, begitupun dengan Sarah yang memperlihatkan hpnya yang bulatan hijaunya sudah penuh, tanda akses jalur tikus untuk internet sudah bisa dibuka.

“Serius?” Cassandra mencoba di hpnya lagi, setelah beberapa percobaan akhirnya bulatan hijau itu penuh, ia memberi tahu teman-temanya, setelah berpuluhan kali di coba akhirnya terhubung juga.

Lihat selengkapnya