Berebeda dengan pagi hari di Indonesia yang di sambut oleh kicauan burung tetangga dan sinar matahari yang menembus sela-sela jendela Cassandra, paginya harinya disambut oleh suara lagu instrumental piano dari gerobak sampah keliling di area yang di namakan ‘little town’karena di samping asrama Cassandra, ada satu area yang di penuhi dengan restoran, gym, salon, sampai klinik pun ada, maka dari itu di namakan ‘little town’atau kota kecil.
Cassandra meraba ke meja kecil di bagian kirinya, mencari hpnya, dengan mata yang masih terpejam dan tangan kanannya masih merangkul guling dan boneka serigalanya, yang ia namakan Wolfie, tangannya lalu merasakan benda berbentuk persegi panjang, lalu ia membalikkan tubuhnya dan mata cokelat tua itu mulai berkedip, menyesuaikan dengan sinar matahari yang cukup terang, untuk jam sembilan kurang.
“Entar dulu deh, 5 menit” Cassandra berkata pada diri sendiri “kumpulin nyawa dulu” ia kembali memiringkan badannya dan memejamkan matanya dan mendekap Wolfie kedalam pelukannya.
Sepertinya baru saja Cassandra memejamkan matanya, Hp Cassandra mengeluarkan suara alarm yang sangat nyaring, seperti suara ambulans, membangunkan wanita berambut cokelat tua itu. ia duduk bersandar pada sandaran kasurnya yang berwarna abu-abu yang sudah mulai pudar, berbeda dengan lantai kamar Cassandra yang sangat sempit itu.
Ia membersihkan matanya dari kotoran dan ia menggunakan sandal swallow yang ia bawa dari Indonesia, ke lantai Cassandra yang adalah karpet abu-abu tua layaknya seperti karpet yang tidak pernah di bersihkan.
Aku harus membeli penyedot debu nanti ia mencatat didalam kepalanya, ia berdiri dan berjalan dua langkah untuk sampai ke lemari pakaiannya yang juga sangat mini, mengambil celana jeans hitam dan hoodie crop-top berwarna merah jambu lalu pergi ke kamar mandi yang persis di belakang lemari pakaiannya.
keseluruhan kamar di asrama ini memang mungil dan sempit, single bed yang berada di sudut ruangan, di depannya meja kayu kotak dengan TV kuno yang masih berbentuk tabung, Cassandra memutar balikkan layar TV itu karena ia takut ada makhluk yang tak kasat mata keluar dari layar itu, di sampingnya disediakan dua kursi, entah apa gunanya memiliki dua kursi kalau kamarnya hanya untuk satu orang, di atasnya kotak kecil untuk menjadi tempat penyimpanan ekstra.
Setelah ia membersihkan tubuhnya, ia berjalan ke kaca yang menempel pada dinding kosong yang tidak terlalu jauh dari lemari pakaian, dibawah kaca, fasilitas lain yang di berikan adalah meja belajar yang terbuat dari kayu jati, tempat dimana Cassandra menaruh buku dan polesan wajahnya.
Ia mengeringkan rambutnya terlebih dahulu lalu memoleskan tipis riasan di wajahnya, hanya maskara, alis, dan sedikit lipstick berwarna natural, ia memang tidak terlalu suka memakai riasan yang terlalu tebal, terlalu merepotkan, lalu, ia memakai softlens berwarna cokelatnya, Cassandra suka memakai kacamata yang tidak berminus setelah memakai softlensnya, ia suka efek yang di berikan, mata Cassandra menjadi lebih besar dan kacamatanya bulatnya membingkai mukanya yang oval itu membuat Cassandra menjadi semakin manis.
DOK! DOK! DOK!
“Apa sih? kok berisik banget pagi-pagi” Cassandra mengambil tas dan mengisinya dengan buku Bahasa Mandarin, pensil, dan dompet berisikan kartu-kartu, di China tidak perlu menggunakan uang tunaik arena mereka sudah melakukan semua transaksi secara online. Menurut Cassandra sangatlah mudah dan cukup aman.
“—ss bangunlah” teriak suara yang menggedor pintu yang bukan milik Cassandra itu, karena penasaran, Cassandra keluar dari kamarnya setelah memakai sepatu Adidas superstarnya yang sudah di bersihkan dari kotoran tanah.
Bersamaan dengan pintu Cassandra yang terbuka, orang itu pun menengok, dari matanya terlihat jelas bahwa ia berharap bahwa yang membuka pintu bukanlah Cassandra, melainkan penghuni kamar sebelah Cassandra.
“Oh, kamu” Laki-laki itu tetap tersenyum kepada Cassandra yang membalas dengan senyuman dan lambaian tangannya, ia lalu menutup pintunya dan berjalan ke arah laki-laki berambut caramel itu
“Ada apa?” Cassandra berhenti di depan pintu C503, lalu ia melihat ke laki-laki itu “kok berisik banget pagi-pagi?”
“Si Boss gak bisa di bangunin” laki-laki itu menghela nafas “aku Alex” lalu menjulurkan tangannya
Boss? Mengapa ia memanggil si kutu itu dengan panggilan ‘boss’? pikir Cassandra aneh
“Cassandra” ia menjabat tangan Alex, “kau memanggil si kutu dengan sebutan boss?”
“Eh, anu”Jawab Alex kikuk “maksudku Eduard” ia menggaruk kepalanya dan tertawa terbata
“Hm”Cassandra tidak bertanya lebih jauh, meskipun ia sangat penasaran, karena tidak mungkin seseorang bisa salah memanggil temannya dengan panggilan jabatan bukan?
Alex tersenyum, mengangguk, lalu ia kembali melihat dan berjalan mendekat ke pintu itu untuk melanjutkan misinya pagi ini, karena tidak seperti biasanya boss bangun kesiangan, mungkin ia jet-lag1.
“Boleh aku coba?” Cassandra merasa kasihan melihat usaha Alex yang sia-sia, akhirnya ia menawarkan diri untuk mencoba membangunkan si kutu yang satu itu.
Cassandra berjalan maju mendekati pintu itu, ia hanya mengetuk sekali “Eh kutu, bangun” tidak lama ada suara langkah kaki yang membuat Alex kaget.
Hanya dengan itu si Boss bangun? Pilih kasih. Pikir Alex.
Kreeeek! Suara pintu menakutkan itu pun terbuka, di belakang pintu itu muncul satu sosok tinggi berbaju putih dan mata yang mungkin hanya terbuka segaris.
“Hmm” Eduard mengerang
“Bangun, kutu, kau harus ke –” sebelum selesai berbicara, tubuh Cassandra sudah di tindih oleh sesuatu yang berat, untungnya ada Alex yang menahannya di belakang, atau tidak ia akan jatuh.
“Hei!” Cassandra memukul-mukul punggung Eduard yang sedang memeluk Cassandra, atau lebih tepatnya menaruh semua beban tubuh Eduard pada Cassandra, seperti orang yang tak bernyawa “apa-apaan sih? lepasin!”