Pagi ini dan pagi sebelum ini Cassandra hanya bisa termenung, tangannya yang menopang dagu melihat keluar jendela kelas dengan pandangannya yang tidak fokus di tengah-tengah hari yang mendung, dengan raganya yang di kelas tapi pikirannya yang kosong di atas awan – awan gelap di langit.
Ia tidak bisa fokus pada kelasnya, dua hari ini ia belum melihat si kutu menyebalkan itu, si Eduard, pagi itu Cassandra terbangun dengan kehiningan yang tentram hanya dengan suara dentingan piano instrumental gerobak sampah berjalan di Little Town, Cassandra merasa ada yang aneh ketika ia tidak mendengar gedoran pintu dan teriakan Alex yang sudah pasrah karena ‘Boss’nya itu tidak mau bangun.
Aneh, kemana mereka dua hari ini? Cassandra sudah terbiasa dengan kegandrungan dari kamar sebelah, ia sudah terbiasa dengan gangguan laki-laki berdarah Rusia itu, dan dengan ketidak beradaannya dan dengan kehilangannya kabar dari laki-laki itu membuat Cassandra resah. Itu sudah menjadi kebiasaan Cassandra untuk mengkhawatirkan orang lain.
Kemana sih tuh kutu? Cassandra menyeringitkan dahinya kesal dan mendesah, Kenapa juga aku harus memikirkan si kutu itu? Gak ada gunanya, udah lah keluar dari pikiranku kau kutu Cassandra menggibas-gibaskan pikirannyadengan tangannya. Sarah dan Risa melihat kelakuan sahabatnya itu dengan heran.
“Kenapa itu bocah?” Sarah berbisik kepada Risa
“I don’t know1” Risa mengangkat bahunya sambil menggelengkan kepalanya dan sepertinya roda di otak perempuan itu.
“Cas,” Risa mencolek sahabatnya itu, membuatnya melihat ke arah Risa, ia mengankat satu alisnya “kamu mikirin Eduard ya?”
“Hah?! Gak lah apaan sih?” Dia menjadi defensif dan menyilangkan tangannya di depan dadanya “Ngapain aku mikirin dia? Gak guna banget” Cassandra menggumamkan bagian terakhir sambil mencibirkan mulutnya kesal karena ia teringat akan laki-laki itu lagi.
“Hmm” Risa menutup matanya sambil menganggukkan kepalanya “iyain aja deh biar kamu senang” meskipun Risa tersenyum, tapi Cassandra tahu bahwa Risa sama sekali tidak percaya dengan apa yang Cassandra katakan, dan begitu pula dengan Sarah.
“Siapa yang bisa di kibulin coba,” Sarah menunjuk muka Cassandra “tuh muka atau tomat?” memang karena kulit Cassandra yang tergolong lebih putih dari kedua temannya membuat perempuan itu lebih rentan memerah.
“Apa sih?” Cassandra menangkupkan wajanya dengan satu tangan, dan dengan tangan yang bebas is menggibas-gibaskan mukanya yang terasa sangat panas karena malu, membuat sahabat-sahabatnya itu terkekeh.
Di samping Sarah, ada seorang laki-laki yang sedang, dengan enaknya, tertidur di dalam kelas dengan kepalanya yang di meja dan tangannya menjadi bantal, rambut hitam laki-laki berdarah China itu tersapu ke depan mata, menutupi seluruh wajahnya, sama sekali tidak memedulikan apa yang guru International Finance katakan di depan kelas.
Laki-laki yang bernama Li Zongkuang itu bahkan tidak mendengar bahwa guru di depan memanggil-manggil namanya untuk mengerjakan soal yang tertera di layar. Sarah yang mengetahui bahwa laki-laki di sebelahnya adalah murid yang di panggil oleh guru, menyikut laki-laki itu.
“Li Zongkuang, apakah dia ada di kelas?” Ms. Yu yang melihat daftar hadirnya lagi yang menunjukan bahwa ada murid yang bernama itu di dalam kelas, lalu ia melihat lagi ke seluruh kelasnya, ia tidak melihat ada tanda-tanda keberadaan murid itu, Ms. Yu hampir mencoret absesnsinya kalau Sarah tidak menyikut-nyikut lengan laki-laki itu.
“Psst! Wake up!2” Sarah menyikut-nyikut Li yang hanya bergumam dan memutarkan kepalanya kea rang yang berlawanan.
“Bangun,” Sarah menyikut Li lagi, “Ms. Yu menyuruhmu menyelesaikan soal di depan kalau tidak nilaimu akan menjadi nol.”
Suara meja di dobrak terdengar sambil laki-laki itu tiba-tiba berdiri dan dengan suaranya yang lancang ia berteriak “Disini, guru!”
“Oh, baik, selesaikan soal ini” Ms. Yu membenarkan kacamatanya “tidak perlu ke depan, jawab di kursimu saja”
“Sial! Aku tidak tahu jawabannya” Li menggaruk kepalanya dan mendecih
Sarah melihat ke layar di depan, dia melihat pertanyaanya yang bahkan Sarah tidak tahu jawabannya, tapi biasanya, pertanyaan yang tidak bisa di ketahui, bisa di cari di internet, dan itu apa yang Sarah lakukan, ia mencari jawabannya, dan ketemu.
“Apakah kau tidak bisa menjawab soal ini Mr. Li?” Ms. Yu melihat ke Li
“Ah, sebentar”
“Pssst!” Sarah memanggil Li, yang langsung melihat ke wanita berhijab yang duduk di sampingnya, Li mengangkat alisnya mempertanyakan mengapa Sarah memanggilnya, Sarah menunjuk ke layar laptopnya yang sudah di geser agar Li bisa melihat jawabannya yang sudah di perbesar oleh Sarah.
“Ini jawabannya” Li melihat ke layar laptop lalu dia melihat ke Sarah, Li menghembuskan nafas lega karena akhinrya laki-laki itu bisa menjawab pertanyaan Ms. Yu, yang kalau tidak di jawab, konsekuensinya akan sangat, sangat berat. Ia harus menulis laporan dalam jangka waktu 3 hari, dengan topik yang ia tidak bisa jawab.
“Hm, oke kau boleh duduk Mr. Li” laki-laki itu menutup matanya dan merosot di kursinya ketika ketegangan meninggalkan tubuhnya setelah dia menjawab pertanyaan guru cantik nan sadis itu. Sarah cekikikan melihat laki-laki itu, dan Sarah kembali bercengkrama dengan Risa dan Sarah.
Dalam hidup seorang Li Zongkuang, tidak ada yang pernah berbuat baik padanya tanpa ada sesuati di balik selubung, karena semua orang tahu siapa itu seorang Li Zongkuang, hanya beberapa orang yang berani mendekat, maka hati Li terenyuh saat Sarah membantunya.
Li melihat Sarah, ia membuka mulutnya dan menutup mulutnya seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi ia tidak tahu bagaimana ia harus memanggil wanita berhijab itu, salah satu sahabatnya melihat Li yang sepertinya ingin memanggil Sarah.
“Sar, tuh dia megap-megap dari tadi” Kata Cassandra, Sarah membalikkan badannya dan melihat ke laki-laki bermanik hitam dan rambut hitamnya yang di tarik ke belakang.
“Ada apa?” Tanya Sarah
“Ah, anu” Li membuka mulutnya lagi dan menunjukan salah satu giginya yang di lapisi oleh emas “terima kasih”
Sarah tersenyum dengan senyumannya yang manis dengan mukanya yang kecil dan kulitnya yang sawo membuat Li tidak bisa memalingkan pandangannya dari wanita itu. Hatinya sedikit melonjak.
“No problem!3” Seru Sarah dengan ceria dan Sarah kembali berbicara dengan sahabat-sahabatnya itu, tanpa mengetahui apa yang di rasakan dan di pikirkan oleh laki-laki yang di belakangnya itu.
Ah, apa rasa ini? Li menaruh tangannya di depan hatinya yang berdegup dengan kencang, biasanya, orang yang paling diam adalah orang yang paling mematikan, orang yang memiliki imajinasi yang liar.
“Ah, Sarah”Panggil Li
“Ya?” Sarah melihat ke arah Li dan mengangkat alisnya
“Aku boleh minta nomor mu?” Tanya Li sambil memegang hpnya dan memainkannya, dia melihat kebawah terlihat sangat malu, Sarah merasa agak aneh, tapi dia tidak bisa menolak permintaannya.
Dia hanya meminta nomorku, kenapa tidak? Pikir Sarah
“Oke, sini hp-nya”Sarah mengambil hp Li dan memasukan nomor ponselnya dan memberi kembali hpnya.