Sarah yang panik dan gemetar ketakutan langsung berhambur keluar kamar, dengan hanya membawa cas hp dan hpnya dan barang berharga lainnya, tanpa mengenakan hijab, dia hanya menutupi kepalanya dengan tudung jaket abu-abunya dengan corak hijau, setidaknya, di tengah semua kekacauan ini, jaket ini bisa memberikan sedikit ketenangan dan keamanan, meskipun hanya sedikit.
Perempuan itu berjalan cepat, berambang lari, ke kamar sahabtanya di C504, yang berada di sayap timur lantai itu, ia menggedor-gedor pintu itu dengan tergesa tanpa mengetahui tenaganya, karena ia terlalu panik, ia tidak mau sendirian.
Di ruangan sebelah, Eduard terjaga setelah ia mendengar suara langkah kaki yang berat berlari ke kamar perempuan di sampingnya, ia meraih di bawah bantalnya untuk mengambil senjata yang selalu ia simpan di berbagai area di kamarnya, untuk berjaga-jaga. Ia bangun dari kasurnya dan berjalan pelan ke pintunya, dengan bahu kirinya menempel, dan dengan tangan kirinya ia membuka pelan pintunya dian ia mengintip sedikit untuk melihat siapa yang mengganggu Cassandranya.
Ia melihat sosok perempuan yang ia kenal sebagai Sarah, sahabat Cassandra, dan laki-laki itu bisa menghembuskan nafas lega, tapi melihat dari bahasa tubuh dan ekspresi wajahya yang bercampur aduk antara panik dan horror, sepertinya laki – laki itu belum bisa lengah, tapi ia menutup pintunya tanpa terdengar dan kembali duduk di kasurnya. Sambil mencoba mendengar obrolan di kamar sebelah, meskipun bahasanya tidak di mengerti oleh Eduard.
“Siapa?” tanya Cassandra di balik pintu dengan bahasanya.
“Aku Chu, bukain pintunya, please1” Jawab sarah sambil menghela nafas, suaranya yang terdengar terengah.
Cassandra menyeringitkan dahinya mendengar suara Sarah yang terdengar ketakutan, ia buru – buru keluar dari selimutnya, menggunakan sendalnya dan membukakan pintunya hanya untuk melihat Sarah yang terlihat pucat dan gemetaran.
“Astaga! Kamu kenapa?!” Cassandra menghindar dari pintu, memberikan celah untuk Sarah untuk masuk ke dalam, Sarah berjalan masuk dengan pelan, “kamu kenapa?” ia menggandeng tanganan Sarah dan menggiringnya duduk di kasurnya.
Cassandra menunggu Sarah berbicara, tapi yang di lakukan perempuan itu hanyalah duduk terdiam di kasur, ia tidak ingin memaksa sahabatnya untuk cerita, ia akan menunggu sampai Sarah siap untuk bercerita.
“Sebentar ya,” Cassandra beranjak dari kasurnya dan berjalan ke mejal di depannya, “aku buatin teh Chamomile dulu” Sarah mendongak melihat sahabatnya yang sedang menuangkan air panas ke teko untuk menyeduh teh.
“Gak usah repot – repot”
“Gak repot sama sekali,” Cassandra berkata sambil masih menuangkan air panas, “aku dari tadi udah mau nyeduh teh juga, jadi sekalian” Sarah mengambil boneka Cassandra yang kerap ia panggil, Wolfie, karena memang boneka itu adalah boneka serigala, dan memeluknya, dan kembali berdiam.
Yang ada di pikiran Cassandra hanyalah, aneh banget, gak biasanya Sarah diam seperti ini, dia yang biasanya paling berisik biasanya, ada apa ya? Ia menaruh pemanas airnya di meja, dan ia menunggu sampai tehnya tersebar sebelum di berikan ke sahabatnya itu.
“Tunggu bentar ya, biar teh nya kerasa,” Cassandra berkata sambil menarik kursi dan duduk di depan Sarah, dan perempuan itu hanya mengangguk.
“Sar, kamu kenapa?” Cassandra melihat tangan Sarah yang kembali gemetar “kok sampai ketakutan gitu?”
Sarah memejamkan matanya erat, sedikit menggelengkan kepalanya seperti tidak ingin mengingat apapun itu yang mengganggu sahabatnya itu, ia kembali gemetar, Cassandra mulai resah, ia sangat tidak suka kalau ada sesuatu yang terjadi dengan sahabatnya, entah mungkin ada sangkut pautnya dengan zodiacnya, ia sangat protektif tentang teman-temanya, tapi sepertinya Sarah belum ingin bercerita, Cassandra menghela nafasnya dan ia berdiri, mengambil teh yang sudah di diamkan selama beberapa menit.
Pada saat yang sama, dentingan notifikasi hp Sarah terdengar, Sarah, dengan bodohnya, mengambil hpnya dan melihat isi pesan yang tertera, ia menegang dan membuang hpnya jauh ke ujung kasur Cassandra dan sedikit berteriak.
“Ada apa?!” Cassandra dengan spontan menaruh cangkirnya dan bergegas berjalan ke sahabatnya yang nafasnya mulai terengah, seperti oxygen tidak bisa masuk ke dalam paru – parunya.
Sarah memegangi dadanya, berusaha untuk bernafas, Cassandra mencekal tangan Sarah.
“Sar,” ketika tidak ada respon Cassandra memanggilnya lagi “Sarah! Look at me!2” Sarah langsung melayangkan pandangnya ke Cassandra, menatapnya lurus dengan mata yang berkaca.
“Oke, bagus, tutup matamu” perintah Cassandra, Sarah mengangguk dan memejamkan matanya “Ikutin aku, oke?” Sarah mengangguk lagi.
“Tarik nafas 4 detik,” Sarah menarik nafas, “tahan 7 detik,” Cassandra menghitung, “buang dari mulut 8 detik, pelan – pelan.” Sarah menghela nafas, “ulang lagi ayok sampai tenang” Cassandra menyuruh Sarah untuk mengulang dan mengulang teknik pernapasan yang pernah di ajarkan untuk menenangkan diri, untuk mengatur napasnya, setelah nafasnya sudah kembali normal, Sarah menhela napas panjang, dan membuka matanya. Cassandra tersenyum dan melepaskan pegangannya, dan ia mengambil teh dan menyodorkannya ke Sarah.