Suara alarm terdengar saat subuh, kedua perempuan yang terlelap itu tidak menggubris dan malah menarik selimutnya menutupi kepala, berusaha untuk membisukan suara yang bising itu, setelah suara itu berhenti, dan mereka kembali tertidur nyenak, suara bising itu muncul lagi dan lagi. Mengganggu tidur mereka yang sangat kurang karena mereka tertidur jam 1 pagi.
Alarm sadis yang beruntun tanpa henti itu membangunkan Cassandra dari tidurnya, ia duduk dan meraih hp Sarah yang berada di sampingnya dan mematikan sumber suara itu, ia melihat di layar bahwa perempuan yang masih enaknya menggenangkan air liur di bantal Cassandra menyalakan alarm untuk Salat, jengkel karena urusan dia jadi Cassandra yang terbangun. Ia sedikit merenggangkan tubuhnya.
“Bangun,” Cassandra menggoncangkan tubuh sahabatnya
“Hmm,” Sarah hanya menjawab dengan gumaman dengan matanya yang masih tertutup rapat, tidak ada tanda – tanda kehidupan, tapi ia lanjut mengatakan “5 menit lagi, kumpulin nyawa dulu”
“Bangun,” ia menggoncangkan tubuhnya lebih kencang “Salat subuh”
“Astaghfirullah!” Sarah langsung melonjak bangun dari kasur dan dia memakai sepatunya dengan tergesa, ia baru ingat kalau ia tidak berani sendirian masuk ke kamarnya, Sarah melihat ke belakang.
Cassandra sudah mau terlelap lagi dengan mengepompongkan tubuhnya dengan selimutnya, matanya pun sudah terpejam, tapi ia belum tertidur dan tidak jadi tertidur karena Sarah mengganggunya.
“Chu, bangun dong,” Sarah menggoncangkan tubuh Cassandra “temenin aku Salat, takut masuk sendirian”
“Hmm,” Cassandra membuka matanya sebentar lalu menutupnya lagi.
“Ye, malah merem lagi, ayok bangun”
“Iya, iya aku bangun,” Cassandra dudk dan memakai sendalnya yang ada di samping kasur, lalu ia mengambil hpnya dan kunci kamarnya, sepanjang jalan, yang sebenarnya tidak terlalu lama itu, Cassandra terus menguap.
Sesampainya, Sarah terdiam di depan pintunya, enggan untuk membukanya dan masuk ke kamarnya yang dia pikir sebagai tempat yang aman, tapi ternyata tidak, dengan tangan yang sedikit gemetar.
“Tenang, ada aku” Cassandra menepuk bahu Sarah dan ia menghela napas dan memasukkan kuncinya, Sarah mendorong pintunya.
“Aku aja yang masuk duluan,” Cegah Cassandra ketika Sarah sudah akan masuk ke kamarnya.
“Jangan lah,” Sarah menggelengkan kepalanya tidak setuju
“Shh,” Cassandra menyuruh Sarah untuk diam dan dia berjalan memasuki kamar C528 itu, melihat ke kiri dan ke kanan, melihat kalau ada sesuatu yang aneh di kamar Sarah kecuali dedaunan cokelat yang di tempel di dindingnya dalam upaya untuk menjadi estetik, dan banyaknya perabotan makanan yang di kamarnya, dan bak cucian yang bukan di taruh di kamar mandi, tapi di kolong kursi.
“Buka sepatunya,” Sarah mengingatkan Cassandra yang memang kalau di kamarnya sendiri tidak pernah bertelanjang kaki, ia selalu mengenakan sandal, karena entah apa yang ada di karpet tua berdebu yang tidak pernah di ganti itu.
“Aku gak mau nyeker,” Cassandra sangat tidak suka bertelanjang kaki, ia tidak mau menyentuh karpet kotor itu “pinjem kaos kaki dong” Sarah maju dan mengambilkan kaos kaki untuk Cassandra, ia memakainya dan perempuan itu berjalan ke arah jendela yang gordennya ada celah.
Ah, pasti dari sini orang gila itu mengambil gambar, Cassandra melihat ke jalanan di bawah dan melihat ada seorang laki – laki yang sepertinya berdiri diam mematung di bawah pohon di belakang pagar tinggi, tapi karena hari yang masih gelap, dan penglihatan Cassandra yang juga tidak terlalu bagus, ia tidak bisa melihat dengan jelas siapa orang yang di bawah situ, entah orang itu sedang melihat ke arah manapun Cassandra tidak bisa melihat dengan jelas.
Laki – laki itu berjalan menjauh membuat Cassandra tidak berpikir terlalu banyak dan berusaha berpikir yang positif saja.
Mungkin orang baru pulang dari club. Pikir Cassandra karena ada segerombolan murid – murid lainnya yang juga berjalan ke arah yang sama seperti orang itu.
“Kamu liatin apaan, Chu?” Sarah mencoba melihat dari pucuk rambut Cassandra, ia ingin melihat apa yang sedang sahabatnya perhatikan sampai – sampai ia bengong seperti itu, ketika di panggil tidak menyahut. Terlihat dari matanya, sepertinya roda otak Cassandra seperti sedang berputar dan menelaah entah apa yang ia lihat di bawah situ layaknya seorang detektif animasi yang suka sahabatnya tonton itu.
“Gak,” Cassandra terbangun dari lamunannya “gak ada apa apa, cuma liat kucing lewat”
“KUCING?! MANA?!” Sarah langsung melongok – longok, dengan senyum yang sumringah, menyuruh Cassandra untuk minggir agar perempuan itu bisa melihat binatang yang sangat amat ia cintai, perempuan itu sangat tergila – gila dengan kucing, di rumahnya, ia memiliki entar berapa banyak kucing dengan jenis yang berbeda. Setergila - gila apapun Cassandra dengan anjing, ia tidak sampai memiliki lebih dari 1 anjing.
Melihat Sarah yang setidaknya untuk sementara ini lebih fokus dengan kucing dari pada si orang gila itu membuat Cassandra senang, ia tertawa geli melihat kelakuan temannya yang sampai mengeluarkan badannya dari jendela hanya demi melihat kucing yang memang langka di China, lebih banyak anjing seperti di Bali.
“Katanya Salat?” Cassandra mengingatkan Sarah
“Oh iya! Astaghfirullah!” Sarah menjauh dari jendela dan ke kamar mandinya setelah ia menggelar semua yang ia perlukan untuk ibadahnya.
“Bodoh” Cassandra duduk di salah satu kursinya dan menunggu Sarah menyelesaikan doanya sambil memainkan hpnya. Suara dentingan hp terdengar, oh, Cassandra sungguh ingin membuka hp sahabatnya itu, dan melihat apakah orang gila itu lagi yang mengirimkan dia pesan, tapi tentunya tidak ia lakukan. Sebagaimanapun dekatnya mereka, ia tetap mementingkan privasi, untungnya bagi ketidak sabaran Cassandra, Sarah sudah membereskan semua barangnya.
“Udah?” Cassandra menaikan satu alisnya “cepet banget?”
“Udah dong” Sarah menaruh barangnya di dekat TV
“Tadi hp-mu bunyi tuh” Sarah bergumam dan mengambil hpnya, bukan membukanya dia hanya menatapnya, lalu menatap Cassandra.
“Kamu aja yang buka deh Chu” Sarah nyengir “takut”