Seperti tidak ada pilihan baju yang lain, ia memakai jeans hitam high-waisted, tenang saja, Cassandra memiliki banyak jeans hitam yang ia gonta – ganti, crop-top corak army, dan dia memoles riasan yang sangat tipis, hanya mascara, alis, dan lipgloss, dan concealer di bawah matanya karena, mata pandanya sangat terlihat.
“Berangkat yuk,” ajak Cassandra yang sudah rapih dan siap, Sarah mendongak melihat ke Cassandra dan mengangguk, ia berdiri lalu mereka memakai sepatu mereka, sepatu Puma hitam untuk Sarah, dan sepatu Adidas putih untuk Cassandra.
Sebelum berangkat, mereka mengetuk pintu kamar Risa, yang di jawab dengan “iya, sebentar!” tapi perlu di ketahui bahwa Risa adalah orang yang ribet, jadi seperti biasa, sebentarnya Risa kurang lebih 10 menit, dan kedua sahabat itu dibiarkan menunggu di depan sampai sahabatnya itu keluar.
“Akhirnya” Sarah dan Cassandra menyahut bersamaan setelah sahabat mereka keluar dari kamarnya.
“Maaf maaf” Risa terkekeh dan menggaruk kepalanya dan Cassandra memutarkan bola matanya dengan sayang, dan mereka berjalan melalui lorong yang kalau, malam – malam, terasa horror.
Mereka berjalan dengan cepat karena mereka sudah tidak punya waktu lagi, mungkin kalau mereka berjalan seperti orang – orang Rusia dengan langkah yang lebar, mereka bisa sampai di kelas dengan tepat waktu, itu yang Cassandra pikirkan, dan pucuk di cinta ulam pun tiba, Cassandra terkena karma karena dia memikirkan tentang orang Rusia, karena di depan lobby, Cassandra mendengar deruan motor sport dengan pengemudi yang sangat mereka kenal, bukan hanya satu, melainkan 3.
Cassandra yang tidak punya waktu untuk menggubris ketiga orang jangkung itu, memilih untuk berjalan melalui mereka yang memakai jaket kulit dan kacamata hitam, bisa di bilang, jantung Cassandra hampir copot, melihat salah satu pengemudinya.
Suara motor itu justru mendekat ke arah tiga perempuan Indonesia itu, dan akhirnya Cassandra menghentikan langkahnya dan melayangkan pandangnya ke laki – laki Adonis itu.
“Kamu mau apa?” tanya Cassandra
“Ayo naik, aku antar” Eduard menaruh kacamatanya di batang hidung, memamerkan hidungnya yang mancung itu, ia menepuk jok belakangnya menandakan Cassandra untuk naik.
“Gak apa – apa, aku bisa jalan sendiri” perempuan itu langsung berjalan lebih cepat, tapi sudah di cegat oleh Eduard.
“Cepat naik,” Eduard mendesah, kenapa wanita ini sangat keras kepala? “sudah mau telat, kau mau di marahi oleh guru galak itu?” Cassandra terlihat sedang berpikir, mempertimbangkan tawarannya.
“Tapi Risa dan Sarah bagaimana?” Cassandra melihat ke arah kedua sahabatnya itu.
“Kan ada Alex dan Galina,” Eduard mengangkat bahunya dengan santai
“Kalian gak apa – apa naik motor bareng mereka?” tanya Cassandra kepada mereka, berharap mereka mengatakan tidak, karena pasti akan sangat aneh di boncengi oleh Eduard, tentunya, sahabatnya mengetahui jalan pikirannya, akan melakukan yang sebaliknya,
“Gak apa – apa Cas,” Risa menjawab dengan spontan, dengan muka yang penuh semangat, “kita udah mau telat, aku gak mau telat dikte nih.”
Cassandra melihat ke arah Sarah, meminta pertolongan, tapi Sarah malah menambah “Udah lah, terima aja” ia berbisik ke Cassandra, dan Cassandra mendesah pasrah.
Melihat ekspresi wanitanya yang pasrah, Eduard tersnyum puas, dan dia menjulurkan tangannya untuk membantunya naik, perempuan itu memutar bola matanya, tapi ia bergumam “makasih.”
Senyum Eduard melebar dan Cassandra menaiki bagian penumpang motor, ia memegang jok di belakangnya untuk menjaga keseimbangan, tapi Eduard mengambil tangannya dan melingkarkan kedua tangan Cassandra di pinggangnya.
“Pegang di sini aja,” Cassandra mematung “nanti jatuh”
“Gak mau” ia langsung melepaskan pegangannya dengan tergesa, dan keseimbangannya hilang, ia hampir terjatuh, tapi kakinya sudah menapak di aspal, Eduard melihat ke arahnya dan memicingkan matanya.
“Baiklah,” Cassandra memegangi baju Eduard, karena hatinya tidak sanggup untuk memeluk Eduard, ia bisa terkena serangan jantung di tempat.
Laki – laki itu tersenyum dari telinga ke telinga dengan kebahagiaan yang terpancar dari mata hijaunya yang berbinar saat ia merasakan bajunya di tarik, sebenarnya ia ingin Cassandra memeluknya, tapi tidak apa, setidaknya ada kemajuan.
“Hum” Eduard menggumam setuju dan mengangguk.
Diamlah! Cassandra berkata pada hatinya yang tidak ada berhentinya menggebu.
Alex hanya bisa menggeleng – gelengkan kepalanya, melihat Bossnya yang bertingkah seperti anak SMA jatuh cinta, dan ekspresi Galina tidak terbaca karena ia menggunakan kacamata dan masker, agar tidak terkena debu.
“Aku setuju dengan mereka” Alex berkata ke Risa yang di bonceng di belakangnya
“Iya,” Risa menjawab dengan anggukan yang antusias, entah mengapa melihat percintaan sahabatnya mekar sangat mengasyikkan bagi Risa “aku juga setuju, mereka sangat cocok, aku harap mereka bisa segera menyadari perasaan mererka.”
Alex menangguk dan menyalakan motornya, mereka melaju dengan kecepatan sedang, meskipun Alex setuju dengan hubungan mereka berdua, tapi dalam hatinya, dia tahu bahwa kalau mereka bersama, akan sangat berbahaya. Ia hanya berharap mereka akan baik – baik saja.
Untungnya mereka sampai tepat pada waktunya, Eduard membantu Cassandra turun dan mereka semua berjalan masuk ke kelas, ketiga perempuan Asia itu duduk di barisan agak belakang.
Murid Rusia tidak di perbolehkan untuk duduk di belakang, tapi Eduard, Alex, dan Galina ikut berjalan dan duduk di belakang, untuk apa lagi kalau bukan mencontek? Bahasa Mandarin untuk mereka sangatlah sulit, dengan huruf – hurufnya yang tidak menyurupai alphabet, tapi lebih seperti lukisan yang harus mereka apal setiap goresan tangannya.
“Jangan nyontek” Cassandra menyenggol – nyenggol lengan Eduard, yang duduk di sampingnya, dengan pensil, sambil mengerutkan hidungnya.