From China, With Love

Cristal Chung
Chapter #14

CHAPTER 12 ~ THE CAT IS OUT OF THE BAG

Jalanan malam itu sangat sepi, karena tidak sampai 20 menit dari restaurant yang mereka kunjungi, Eduard, Alex, dan Galina sudah sampai di Yuan Enterprise Building, salah satu bangungan ter-elit di seluruh China, karena sang empunya adalah Han Yi, ‘businessman’ yang paling di segani.

Eduard turun dari mobilnya dan merapihkan bajunya yang sudah ia tukar dengan setelan jas hitam dan mengganti sepatu bututnya dengan sepatu pantofel, ia berjalan dengan di iringi oleh Alex di kanannya, menggunakan baju formal, dan Galina di kirinya, menggunakan gaun hitam ketat selutut, dengan belahan di sebelah kiri menunjukkan kakinya yang semapai setiap kali ia jalan, di belakang rok itu, di penuhi dengan senjata. Cantik, tapi mematikan.

“Silahkan masuk,” para petugas sudah di berikan pengarahan oleh atasan mereka akan kedatangan ketiga orang itu, maka mereka langsung di persilahkan masuk, tentunya tidak sebelum seluruh badan mereka di cek untuk mengambil senjata, yang mungkin hanya terambil 3 dari puluhan senjata yang mereka sembunyikan. Resepsionis gedung itu langsung berdiri dan membungkukkan badannya.

“Selamat malam tuan, Boss sudah menunggu,” Resepsionis menunjuk ke sebelah kanan “silahkan gunakan lift paling ujung sebelah kanan dan tekan tombol paling atas, ruangan Boss ada di paling ujung.”

“Terima kasih” Eduard berkata sambil berjalan, Alex dan Galina terkejut karena ia bukan tipe laki – laki yang mudah mengucapkan kata itu, begitu pula dengan resepsionis itu, yang di pikirannya hanya sejak kapan boss mafia berkata terima kasih semudah itu?

“Dia adalah pengaruh yang baik untukmu, Boss” Kata Alex sambil tersenyum lebar, Galina memalingkan mukanya tanpa berkomentar.

“Diam” Alex hanya bisa cekakakan di belakang, “dia selalu menyuruhku mengucapkan terima kasih, kalau tidak aku di pukul” tambah Eduard yang meningat, satu kali di kelas, ada seseorang yang membantu Eduard mengambil pensilnya yang terjatuh, dan pria itu tidak mengatakan terima kasih, dan dia merinding “pukulan wanita itu maut.”

Alex semakin terbahak, sungguh di sayangkan sisi Eduard yang seperti ini tidak boleh di tunjukkan di dunianya, kelemahannya tidak boleh terlihat sebagai ahli waris tahta kerajaan mafia Rusia.

Ding!

Pintu lift terbuka dan Eduard keluar pertama dari pintu lift itu, berjalan menuju ruang kerja Mr. Han Yi, seperti yang Alex ingatkan untuk selalu memakai panggilan formal saat berbicara pada Mr. Han Yi, sahabatnnya itu sangat berisik nantinya kalau kemauannya tidak di ikuti.

Semua pekerja melihat ke arah lift yang berbunyi, semuanya terpukau dengan kedadtangan 3 orang luar negeri ke kantor mereka, yang perempuan melihat ke arah 2 adonis, dan mata laki – laki tertuju pada dewi Aphrodite, dengan sebaliknya untuk sebagian orang.

“Boss sudah menunggu anda tuan,” Sekretaris Hua berdiri dan memberi hormat, ia menungjuk ke ruangan Bossnya “mari, saya antar” Eduard menangguk dan berjalan ke arah ruangan berkaca tebal itu.

Oh, kaca bebal peluru. Sambil berjalan, mereka sambil memperhatikan sekitarnya, menracik strategi kalau ada emergensi.

Tok! Tok!

“Boss, Mr. Radishhev sudah datang” Sekertaris Hua berkata setelah mengetuk pintu.

“Persilahkan dia masuk” suara yang serak dan berat terdengar dari dalam.

Sekertaris Hua membuka pintu dan mempersilahkan mereka bertiga masuk ke dalam ruangan yang penuh dengan kaca bebal peluru, dan kacanya adalah one-way mirror, dimana orang tidak bisa melihat ke dalam, tapi Mr. Han Yi bisa melihat ke luar, ia bisa melihat apapun yang di lakukan staggnya di luar pintu kaca ini.

“Selamat datang Mr. Radishhev.” Sapa suara itu dengan aksen yang sangat kental, Eduard menoleh ke depan dan ia melihat seorang pria paruh baya, dengan rambut putih yang mendominasi kepalanya, dengan kacamatanya dan baju formalnya, ia sama sekali tidak terlihat seperti pria tua yang rapuh, Eduard yakin pria ini bisa mengalahkan 10 orang bersenjata sekaligus.

“Senang bertemu anda, Mr. Han Yi” Eduard menjabat erat tangan terjulur yang sudah terlihat keriputnya itu.

“Silahkan duduk” Mr. Han Yi menunjuk ke sofa yang ada di ruangannya, Eduard duduk di seberang laki – laki tua itu, sedangkan Alex dan Galina berdiri dengan posisi tangan di belakang, layaknya sedang beristirahat di tempat.

Eduard melipat tangannya dan menaruhnya di depan hidung, ia menarik nafas dan menghelanya perlahan, untuk sesaat, ruangan itu sunyi, tidak ada yang bersuara, layaknya di kuburan saat subuh.

Now, Mr. Han Yi, let’s get down to business, shall we?1

“Oh, janganlah terlalu kaku, Mr. Radishhev,” Mr. Han Yi tersenyum lalu menekan intercom untuk menghubungi sekretarisnya, “Sekretaris Hua, tolong buatkan kita teh panas,”

“Iya, segera Boss” Mr. Han Yi mematikan intercomnya dan sekretarisnya langsung bergegas berdiri dan mengerjakan apa yang telah di perintahkan, dan ruangan itu kembali lagi sunyi.

Eduard mendesah dan menyandarkan punggungnya ke kursi. Hening. Hanya suara detakan jarum jam yang terdengar, setiap detiknya terasa seperti menit, dan setiap menitnya terasa seperti seabad. Kaki Eduard menghentak terus menerus, tidak sabar menunggu sekretaris itu membawakan teh mereka.

Mr. Hanyi sepertinya tidak ingin memulai pertemuan ini tanpa secangkir teh, sudah beberapa kali Eduard bertanya untuk tidak perlu menunggu tehnya dan memulai pertemuan ini, tapi akan selalu di bantah dengan “mari menunggu tehnya datang”, mungkin mereka terobsesi dengan teh.

Setelah beberapa menit, akhirnya ketukan pintu terdengar. Akhirnya! Gerutu Eduard dalam hati.

“Boss, saya membawakan tehnya,” Sekretaris Hua berkata dibalik pintu kaca yang sebenarnya terlihat dari dalam itu.

“Masuk” ia memasuki ruangan Bossnya itu dan menaruh alat the itu di sebelah kanan meja, dan dia membungkuk memberi hormat dan berjalan keluar dari ruangan Bossnya itu.

“Sekarang, tehnya sudah tersedia, apakah kita bisa memulainya?” Eduard berkata dengan geram yang ia tahan. Ia sungguh ingin pulang dan melihat Cassandra-nya.

“Kau bertahan lebih lama dari yang aku kira,” pria tua itu tertawa.

Jadi ini adalah sebuah ujian? Pria tua sialan!

Eduard menyilangkan kakinya, ia memadang orang yang di hadapannya dengan kesal “apakah kau mempermainkanku, pak tua?” Alex memukul jidatnya dalam hati, ia sudah memperingati Eduard untuk memanggilnya dengan panggilan kehormatan, tapi untungnya Mr. Han Yi hanya tertawa dan ia menyeruput tehnya.

Lihat selengkapnya