Raya's Story
Aku mengambil sebutir lagi pil tidur dari bawah bantalku. Satu lagi, Raya. Cukup satu lagi pil tidur untuk minggu ini. Terlalu bodoh kalau aku sampai overdosis hanya karena ingin mengingatnya.
Kutelan satu butir pil, dan mulai merebahkan diri di atas kasur. Kuambil handphone dan mulai mengirim teks pada Jordan.
~ Malam ini aku minum obat tidur lagi. Besok pagi tolong bangunin aku ya.
Jordan langsung typing.
~ Kamu tuh lagi kenapa sih, Hel? Biasanya kamu minum obat tidur kalau lagi ada kerjaan yang berat banget.
~ Aku lagi butuh tidur untuk mengingat sesuatu.
~ Your big tree?
Aku menjeda balasanku. Membicarakan 'big tree' dengan Jordan adalah hal yang paling aku hindari. Bagaimana bisa, seseorang dari masa laluku, yang kisah dan kenangannya masih aku pertahankan sampai sekarang, kudiskusikan dengan laki-laki yang terang-terangan memiliki ketertarikan denganku?
~ Hello, Rahel....you still there? Wanna talk about it?
~ Later, Sir. You've been thinking too much about work. Thinking about your teammates' personal problems, will only burden you.
~ Rahel, you know you're more than teammates to me...
Aku menarik napas panjang. Tentu, Jordan. Tentu aku tahu kalau selama enam tahun ini, kamu terus berada di sampingku bukan untuk kuanggap sebagai atasan, rekan kerja, atau sahabat. Aku tahu harusnya kita bisa lebih dari ini.
~ I'm sleepy...
Aku mencoba menghindari pembicaraan soal big tree.
~ Turn off your alarm. Besok pagi aku yang bangunin kamu.
***