From Nerd To An Idol

Momento Mori
Chapter #3

Persiapan Audisi

Tiga hari berlalu sejak aku memutuskan berhenti menjadi seorang pecundang.

Bayner Frej dan geng-nya tidak pernah lagi menggangguku. Kehidupanku di sekolah benar-benar tenang sekarang.

"Berapa lama waktu yang tersisa sebelum hari audisimu?" Tanya Mircea saat kami sedang bermain catur di ruang baca.

"Hmm... Kira-kira sebulan lebih. Kenapa?" Kataku bertanya balik pada Mircea.

"Apa kau sudah melakukan persiapan untuk audisi?" Tanya Mircea lagi.

"Sudah. Aku mulai ikut kursus vokal, juga berhenti minum kopi untuk menjaga tenggorokanku." Jawabku sambil memperhatikan bidak-bidak catur dihadapanku.

"Sabtu besok kau ada waktu?" Tanya Mircea sambil mengambil moon cake dan memakannya.

"Sore kursus vokal tapi bisa di ganti jamnya." Kataku yang kemudian ikut memakan moon cake.

"Kalau begitu besok kita pergi ke Aphrodite." Kata Mircea tanpa mengalihkan perhatiannya dari papan catur.

"Oke." Jawabku singkat.

Otakku memutar ulang ucapan Mircea beberapa menit lalu.

"Tunggu Mircea... Aphrodite yang kau maksud barusan bukan Aphrodite rumah sakit kecantikan itu kan?" Tanyaku memastikan. Segera setelah menyadari nama tempat yang menjadi tujuan kami besok.

Aphrodite adalah rumah sakit bedah plastik yang paling terkenal di negara Dareios. Banyak yang mengatakan dokter-dokter disana memiliki tangan dewa.

"Memangnya ada lagi Aphrodite yang lain?" Kata Mircea sambil melirikku sebentar dengan wajah acuh tak acuh.

"Hng... Cea, apa yang ingin kau lakukan disana?" Tanyaku bingung karena Mircea mengajakku mengunjungi tempat yang seharusnya dikunjungi para perempuan.

"Bukan aku. Tapi, kau." Jawaban Mircea membuatku lebih terkejut lagi.

"Aku?! Kau bercandakan?!"

"Apa aku terlihat sedang bercanda?" Mircea menatapku, ekspresinya menegaskan bahwa dia benar-benar serius.

"Tapi, aku ini laki-laki Cea, bagaimana mungkin aku melakukan hal yang dilakukan perempuan?" Kataku tidak kalah serius.

Meski aku sudah rutin ke dokter kulit untuk mengobati jerawatku tapi, aku tak pernah mau pergi ke klinik kecantikan. Rasanya sangat malu seorang laki-laki pergi ke tempat seperti itu.

"Checkmate!" Mircea tiba-tiba mengacuhkan perkataanku, dia melihatku dengan senyum penuh kemenangan.

"Ah sial! Aku tidak memperhatikan bentengmu." kataku menyadari penyebab kekalahanku.

"Tiga alasan kenapa kita harus pergi ke Aphrodite besok. Alasan nomor tiga, karena kau kalah bermain catur hari ini."

"Apa kau ini masih anak kecil Cea? Aturan: 'siapa yang kalah bermain catur akan memberi apapun yang diminta oleh yang menang' itu kita lakukan waktu kita masih SD." Kataku sambil tersenyum geli.

"Aku tidak perduli." Kata Mircea membuang muka.

"Baiklah... Jadi apa alasan nomor dua?" Tanyaku memilih menyetujui alasan Mircea yang pertama.

"Alasan ke-dua, karena ini permintaan adikmu yang sangat tampan." Ujar Mircea sambil bertopang dagu dan tersenyum seolah sedang menggoda seorang perempuan.

"Jeez... Seandainya kau ini adik perempuan, perkataan tadi baru cocok. Alasan yang ke-dua aku tolak." Aku memijat batang hidungku mendengar perkataan Mircea, dia hanya tertawa geli.

"Hahahaha... Aku bisa berdandan jadi anak gadis kalau kau mau dibujuk oleh 'adik perempuan'." Kata Mircea sambil berusaha menahan tawa.

"Tidak terima kasih. Apa alasan nomor satu?" Aku segera menghentikan Mircea dari ide gilanya, kalau tidak dia pasti benar-benar akan melakukannya. Karena dia adalah Mircea.

"Alasan pertama dan terutama, adalah untuk membuatmu sadar bahwa kau itu tidak jelek." Kata Mircea sambil memasukkan bidak-bidak catur kedalam kotaknya.

"Tapi, Cea aku tidak mau melakukan bedah plastik." Kataku menolak dengan tegas.

"Hah? Kenapa kau berpikir aku akan menyuruhmu melakukan bedah plastik?" Kata Mircea. Dia menatapku keheranan, seperti tidak habis pikir dengan ucapanku barusan.

"Jadi bagaimana kau akan membuat wajahku menjadi tidak buruk rupa lagi? Bukankah sudah pasti melalui bedah plastik?"

"Bodoh! Bukankah sudah kukatakan berhenti memandang rendah dirimu sendiri?! Disana ada banyak prosedur kecantikan selain bedah plastik. Kita kesana untuk menyembuhkan jerawatmu dan menghilangkan bekas-bekas jerawat mu." Omel Mircea padaku.

"Benarkah tidak perlu operasi plastik?" Tanyaku tak percaya.

Karena... sudah tak tau berapa banyak dokter kulit yang kutemui. Tak terhitung berapa banyak salep oles, juga obat yang kuminum. Termasuk semua makanan atau minuman yang dilarang, tidak pernah kusentuh. Semua saran dokter kulit sudah kulakukan tapi jerawatku tak kunjung sembuh. Hanya sedikit berkurang.

Lihat selengkapnya