From The Diary of Saturnus

Johar Edogawa
Chapter #4

Bangkit

      Dua minggu sudah terlewati semenjak acara promnite. Aku memilih untuk mengakhiri hubungan dengan pacarku, Esa. Sedih? Iya! Galau? Jelas! Kalian pasti tahu betapa hancurnya perasaanku. Seorang kekasih yang aku anggap sebagai lelaki baik-baik ternyata hampir saja merenggut kesucianku. Apalagi beberapa hari setelah insiden di acara promnite, aku tahu bahwa selama ini Esa sudah berkali-kali menghianatiku tanpa sepengetahuanku. Sempat aku berprasangka buruk pada Tuhan. Bagaimana mungkin, aku yang selama ini tidak pernah menghianati siapapun malah mendapatkan perlakuan seperti itu? Bukankah perempuan baik untuk laki-laki baik juga? Ah, tapi aku menepis jauh-jauh pikiran burukku.

           Berhari-hari aku mengurung diriku di kamar. Aku hanya makan roti dan minum susu setiap hari. Rasanya tidak ada satupun makanan yang bisa ditelan. Selama mengurung diri aku selalu menangis, berhenti memberikan makan hewan peliharaan, nafsu makan hilang, bahkan berat badanku yang semula mencapai 57 kg sekarang tinggal 49 kg. Drastis memang! Padahal aku tipe orang yang susah menurunkan berat badan. Satu hal lagi yang aku lakukan di kamar, yaitu memantau apapun yang ada di media sosial milik Esa. Aku memang sengaja tidak  memblokir beberapa akun social medianya. Beberapa postingannya memperlihatkan dirinya baik-baik saja tanpa aku di hidupnya. Padahal sebenarnya dalam hatiku masih ada sedikit harapan padanya.

Suatu malam tanpa sengaja aku melihat postingan Alice, salah satu teman kelasku. Dalam sebuah foto, ia sedang berdiri dalam pelukan seorang lelaki yang tidak asing bagiku. Esa! Hah, bagaimana mungkin? Mengapa jadi begini? Dengan cepatnya Esa mendapatkan pengganti sedangkan aku masih mengurung diri. Sial, aku tidak boleh terus-terusan seperti ini.

Dari situlah aku mulai bangkit meskipun terlambat. Aku yang semula masih mengharapkan Esa datang ke rumah untuk memohon-mohon minta balikan, mulai menepis pikiran itu. Bahkan aku mulai jiik dengan diriku sendiri yang sudah membuang air mata secara sia-sia selama lebih dari sepuluh hari. Harusnya aku bahagia tanpa Esa karena Esa bahagia tanpa aku. Aku mulai melakukan kebiasan-kebiasaanku di ruamh. Mulai dari membuat macramé, membaca berita, memberikan makan untuk hewan peliharaan, sampai memberi makanan untuk diriku sendiri.

Lihat selengkapnya