From The Diary of Saturnus

Johar Edogawa
Chapter #5

Dua Negeri Dongeng

      Hari pertama di Jerman.

           Aku menggeliat dan berusaha membuka mata setelah mendengar alarm sialan yang terus mengganggu. Hari ini adalah pagi pertamaku di Berlin, ibu kota Negara Jerman. Semalam aku langsung menuju hotel dengan harga miring yang sudah aku booking secara online saat masih di Jakarta. Rupanya aku masih mengalami jet leg, tapi agenda hari ini membuatku lekas bangkit. Aku tidak boleh menyia-nyiakan waktu yang sangat berharga di sini. Untungnya Kak Venus adalah orang yang sangat menyukai apapun tentang Eropa, sehingga aku tidak perlu pusing memilih destinasi wisata. Ya, meskipun beberapa destinasi yang akan aku kunjungi adalah rekomendasi dari beberapa teman Kak Venus. Dulu Kak Venus pernah ke Eropa meskipun hanya sehari karena ia menghadiri sebuah acara fashion show temannya.

           Setelah selesai mandi aku segera mempersiapkan barang-barang yang akan aku bawa. Beberapa dokumen penting, smarthphone, sebuah kamera, sejumlah uang tunai, kartu kredit, dan buku catatan kecil beserta pulpennya. Aku adalah tipe orang yang suka mencatat hal-hal penting di buku. Ya, meskipun dengan smartphone bisa melakukannya. Aku akan lebih puas menulis di buku karena selama menikmati destinasi wisata nanti aku akan berusaha menikmatinya. Salah satu cara yaitu dengan menyimpan smartphoneku.

           Sebelum keluar dari hotel aku menyempatkan diri untuk menikmati sarapan yang bisa aku pesan di hotel tempatku menginap. Aku memesan seporsi kartoffelsalat dan gaisburger marsch. Kartoffelsalat merupakan salad yang terdiri dari kentang rebus yang sudah dipotong dicampur dengan telur, tomat, mayones, susu, bawang bombai dan cuka. Sedangkan gaisburger marsch adalah kombinasi dari kentang dan spaetzle dalam kaldu daging sapi bersama-sama dengan fillet daging sapi dan tulang sumsum. Kedua makanan yang aku pesan ada kentangnya semua. Maklum, perutku yang belum diisi dari semalam membutuhkan banyak karbohidrat untuk

Sembari menikmati sarapan, aku sempatkan untuk memeriksa pesan di smartphone yang sudah aku charge semalaman. Sebuah pesan ucapan selamat pagi dari mama dan papa menjadi pesan pertama di WhatsAppku. Selanjutnya tentu saja pesan dari Kak Venus yang bawel. Semuanya ada 40 pesan! Oh God, aku rasa jarinya sebentar lagi akan patah. Mulai keberangkatanku di bandara sampai pesan saat ini permintaan Kak Venus masih sama. Ambil foto sebanyak-banyaknya di Rakotzbrucke dan Muskauer Park. Serius! tanpa diingatkan berkali-kali aku sudah memasukkan agenda pengambilan foto di dua tempat itu. Tapi sudahlah, barangkali Kak Venus meragukan ingatanku yang sempat terganggu sehabis patah hati.

                                                                       ***

           Destinasi wisata yang akan aku kunjungi pertama kali bernama The Devil’s Bridge. Perjalanan kali ini kira-kira memakan waktu selama 2-3 jam karena jaraknya mencapai 241 km dari Berlin. Aku memilih pergi dengan menggunakan bus. Beruntung bus segera datang  tepat lima menit setelah aku menunggu di halte. Tidak semua orang bisa menggunakan bus untuk menuju destinasi pertama yang akan aku kunjungi kali ini karena bus tidak beroperasi setiap hari menuju rute ini.

           Turun dari bus, aku harus berjalan sebentar untuk mencapai tujuanku. Beberapa traveler baik yang sendirian maupun rombongan terlihat menuju tempat yang sama denganku. Sebagian dari mereka menyempatkan diri menyapa traveler lainnya, termasuk aku.

Sesampainya di tempat tujuan, aku merasa perjalananku tidak pernah sia-sia. Oh God! Ternyata selama ini aku salah telah menganggap keberadaan Esa adalah anugerah terindah di dunia ini. Apalagi setelah ia menghianatiku. Lihat, pemandangan di depanku sangat luar biasa! Sebuah jembatan dengan bentuk setengah lingkaran yang terbuat dari batu sangat indah berpadu dengan pepohonan di sekitarnya. Sungai jernih dibawahnya menampilkan ilusi optik sehingga jembatan itu terlihat berupa lingkaran sempurna.

Ketika pertama kali aku melihat jembatan ini, aku menyangsikan jika namanya benar-benar The Devil’s Bridge atau dalam bahasa Indonesia berarti jembatan iblis. Tapi tidak mungkin juga penamaan jembatan iblis bukan tanpa sebab. Untungnya aku sudah membaca sedikit legenda dari pemandangan di depanku saat ini.

Lihat selengkapnya