Hari ketiga di Eropa. Hari terakhirku menikmati udara siang di Berlin yang penuh sejarah. Harusnya tadi pagi aku pergi ke Belanda untuk mendatangi beberapa tempat yang sudah masuk dalam list perjalananku. Tapi mood ku sudah terlanjur hacur. Ditambah lagi nomor papa, mama, dan Kak Venus yang sama sekali tidak bisa dihubungi. Bagaimana ini? Semalam aku tidak langsung tidur dan tidak menghubungi mereka. Tapi hari ini nomor mereka tidak bisa dihubungi sama sekali.
Kesedihanku tiba-tiba muncul. Dua hari yang penuh petualangan hilang seketika dalam pikiranku. Aku khawatir jika hilang di negeri orang. Negeri yang sama sekali belum aku ketahui selain melalui film, novel, atau postingan para selebgram. Aku yang sudah menaklukkan beberapa perjalanan di Eropa tiba-tiba ciut nyalinya. Uang yang semakin menipis, kamera yang rusak, sendirian di negeri orang, nomor keluarga yang tidak bisa dihubungi membuat pikiranku benar-benar kacau.
Apakah aku harus mendatangi Kedubes RI di sini? Tapi untuk apa? Apakah penting soal nomor keluarga yang tidak bisa dihubungi? Lagi pula tiket pesawat untuk pulang sudah dibeli. Atau aku hanya membutuhkan orang lain saja untuk saat ini? Berbagai pertanyaan mulai bermunculan di pikiranku. Aku hanya bisa menangis sambil menutup wajah dengan bantal.
Saat aku sedang menumpahkan kesedihan dan kekhawatiranku dengan tangisan, tiba-tiba pintu kamar diketuk seseorang. Aku beranjak menuju pintu. Sebelum aku membukanya, aku sempatkan untuk mengintip melalui fentilasi udara di atas pintu dengan bantuan kursi. Hanya untuk jaga diri, siapa tahu di luar pintu itu adalah penculik.
Mataku terbelalak ketika beberapa kali berhasil memastikan apa yang aku lihat. Orang Korea! Ya, kenapa orang Korea yang kemarin menabrakku tiba-tiba ada di sini? Bagaimana dia tahu penginapanku? Jangan-jangan dia mau menculikku? Mungkinkah dia stalker yang dikirimkan Esa untuk memastikan aku baik-baik saja? Esa? Kenapa nama itu lagi! Benar-benar membingungkan.
Suara ketukan pintu semakin keras ketika aku masih mematung karena kebingungan. Aku mencari benda tajam di sekitarku. Sebuah pisau kecil yang aku gunakan untuk mengupas buah tergeletak di meja. Aku segera mengambilnya dan menyembunyikan di belakang badanku. Bagaimanapun aku harus waspada dengan orang asing.