Meski bel yang menandakan pelajaran hari itu berakhir sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu, Shia masih belum beranjak dari tempatnya.
Otaknya masih sibuk memikirkan bagaimana cara mengembalikan buku dan ponsel tadi. Terutama ponsel, itu barang penting dan pribadi menurutnya.
Ditengah kegiatan berpikirnya itu, benda elektronik itu berdering menampilkan sebuah nickname aneh di layarnya, yang terlintas di kepalanya saat itu kemungkinan besar nama asli orang di seberang telepon adalah Satya.
Shia mengernyit heran, spontan ia langsung menebak kalau itu adalah ketua kelasnya sebelum ia menyadari kalau nama Satya itu mungkin ada ribuan di dunia ini.
Suara dering yang cukup mengganggu itu, membuat jemarinya bergerak mengusap layar dan menempelkan benda itu ke telinganya.
"Ren? Lo dimana? Gue baru keluar sekolah."
Shia melebarkan matanya, suaranya persis sekali dengan Satya, ketua kelasnya.
"Sat?"
"Ren? Kok suara lo mirip cewek?"
"Ini, siapa?"
"Lah selain berubah jadi cewek lo juga lupa ingatan?"
"Ini gue, Sat."
"Sabar dong sabar."
"Maksudnya, ini Shia."
"Hah? Gimana?"
"Maksudnya Shia, S H I A."
"Hah? Shia mana? Pacarnya Ren?"
"Shia ... temen sekelas lo, Luishia."
Terdengar suara tarikan napas panjang di seberang telepon. Tanpa Shia ketahui, Satya tersenyum bahkan sedikit menahan tawanya setelah ia menyadari apa yang terjadi.
"Oh ... kayaknya gue ngerti. Kalau lo masih di kelas buruan turun, gue tunggu di gerbang."
"Oke."
Shia langsung membereskan barang-barangnya, menggendong tasnya keluar kelas dan turun ke lantai satu, meninggalkan gedung sekolah.
Hal yang pertama ia dapati saat keluar dari bangunan sekolah adalah langit jingga dengan cahaya yang mengarah langsung kepadanya. Shia menyipitkan mata karena sinar matahari sore itu cukup menusuk indra penglihatannya.