Shia akhirnya terpaksa pulang ke rumah. Masih ada banyak pertanyaan di kepalanya yang harus ia tampung dan ia tanyakan saat bertemu kembali dengan Daren.
Rumah masih sepi karena kakaknya biasa pulang pada pukul 6 sore, sekitar satu jam lagi. Shia memiliki inisiatif untuk sedikit bersih-bersih hari itu, namun dering ponselnya berhasil mengambil atensinya. Telepon dari kota sebelah-tempat orang tuanya tinggal-adalah yang paling ia tunggu, dan sesi bersih-bersihnya itu berakhir ditemani dengan suara ibu yang antusias mendengarkan ceritanya.
Tak berselang lama, sang kakak yang baru sampai di rumah turut bergabung dalam obrolan, hanya sekitar lima belas menit sebelum telepon mereka hari itu berakhir.
"Kakak mandi dulu ya, kalau mau makan duluan aja."
Shia hanya mengangguk menanggapi ucapan kakak perempuannya. Selanjutnya, ia meraih ponselnya dan dengan cepat mencari nama Satya di aplikasi chat.
Jujur saja, banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan tentang Daren. Dan sepertinya ia tidak cukup sabar untuk menunggu pertemuan berikutnya.
Shia terkejut ketika papan ketik di layar ponselnya, berubah menjadi ikon panggilan yang membuat ponselnya bergetar.
'Drrrt'
Shia ragu ingin mengangkatnya atau tidak, namun karena rasa penasarannya, Shia memutuskan untuk mengangkatnya.
"Halo?" terdengar suara Satya dari seberang telepon.
"Lo ngapain nelpon Sat?"
"Katanya tadi lo mau nanya?"
"Iya, tapi kan lo kan bisa ketik jawabannya."