FROZEN SMILE

DENI IRWANSYAH
Chapter #2

BAB 2 GODAAN JIWA

Hari kedua.

Pak Ari kembali melangkah masuk ke kelas X IPA 2 dengan langkah yang sama—tenang, tanpa ekspresi, tanpa ekspektasi.

Namun suasana di dalam kelas justru lebih gaduh dari hari sebelumnya.

Meja tak lagi sejajar. Beberapa kursi dipindah seenaknya. Kertas berserakan. Sejumlah siswa bermain TikTok diam-diam di pojok, dan tawa renyah terdengar bahkan sebelum Pak Ari membuka mulut.

Di bangku tengah, Carolina pura-pura mencatat sambil memainkan bibirnya. Sesekali dia menggigit pensil dengan cara menggoda, matanya tak lepas dari wajah Pak Ari yang sedang menulis di papan tulis.

“Duh, pengen deh... gigit Pak Ari ini,” bisik Carolina sambil terkekeh.

Boycute yang duduk di sebelahnya langsung mendelik dan berkata dengan nada manja, “Duh, yang lagi ngebet, khayalan tingkat tinggi, cucok deh mikirin pangeranku. Aww... gak sudi eke.”

“Eh, bencong lonte, nyadar!” seloroh Carolina, sengaja keras agar terdengar satu kelas. “Mana mau lah Pak Ari sama manusia modelan kayak gini!”

Seketika kelas meledak dalam tawa.

Sorak-sorai, tepuk tangan, bahkan ada yang berdiri di kursi sambil berteriak, “Lomba goyangan siapa paling menarik perhatian Pak Ari, yuks!”

“Ayo ayo buktiin!”

“Pak Ari pilih yang mana?!”

Kelas jadi ajang pertunjukan liar. Beberapa murid cowok ikut joget parodi di depan kelas. Ada yang menggoyangkan badan sambil nyanyi, ada juga yang lempar-lempar tisu ke udara.

Dan Pak Ari?

Ia berdiri di depan kelas. Diam. Tidak marah. Tidak tersenyum. Tidak memaki. Ia hanya menatap papan tulis. Lalu pelan-pelan mengambil spidol dan kembali menulis materi tentang Jaringan Tumbuhan.

Suasana mulai aneh. Tertawa anak-anak perlahan mereda.

Bukan karena dimarahi. Tapi karena... Pak Ari tidak bereaksi sama sekali.

Carolina menyipitkan mata.

“Lho, dia gak marah? Serius ini?”

Boycute mengunyah permen karet pelan, lalu berkata, “Ih... diamnya tuh... serem... kayak... setan... eh enggak deng, kayak psikopat diam-diam ganteng.”

Pak Ari lalu berbalik, menatap seluruh kelas. Suaranya pelan, namun jelas.

> “Silakan lanjutkan. Tapi saya tidak akan berhenti menjelaskan. Karena... saya tidak datang sejauh ini hanya untuk meladeni anak-anak yang belum siap menjadi pelajar.”

Seisi kelas diam.

Untuk pertama kalinya, suasana benar-benar hening.

---

Sementara itu, di ruang guru, Bu Yuli sedang sibuk bergosip.

“Fix ya, besok Pak Ari udah nginep di rumah sakit. Asam lambung naik, stres, diare, masuk angin... semua lengkap!” katanya sambil menyeruput kopi.

Bu Rina menimpali, “Aku udah bilang, kelas itu bisa bikin orang waras jadi gila. Tapi lihat deh, dia belum mengeluh sama sekali.”

Pak Gunawan mengangkat alis. “Guru dingin gitu... biasanya meledaknya cuma butuh waktu. Sekali meledak, bisa pensiun dini dia.”

Lihat selengkapnya