FULAN

prana sulaksana
Chapter #20

Ancol Garut

Setelah beres THB, ada waktu 1 minggu bagi yang remedial dan yang susulan. Dan bagi mereka yang tidak susulan atau remedial maka itu adalah hari kebebasan dari kegiatan belajar.

               “Tok ..tok .tok ...” seseorang mengetuk pintu Daarul quthni 4.

               “eh purwa ..rek ka saha pur? (mau ke siapa pur?)” kata Kak Novan yang seangkatan dengan kak Purwa tentunya.

               “mau ke si Sena ada?”

               “oh ada ...senaa ..ini kak purwa nyariin” teriak kak Novan.

               “oh iya kak siap” aku meloncat dari ranjang atas bergelantungan kemudian ke turun dengan gaya.

               “eh iya kak gimana?”

               “hayu siap-siap”

               “oh iya kak”

               Aku pun reflek langsung bersiap-siap, memakai celana panjang dan mengambil jaket. Pas aku memakai celana panjang ...eh aku mau kemana??

               Aku langsung balik lagi ke pintu ruangan,

               “hehe ..eh mau kemana kak?” kak purwa dan kak novan langsung tertawa.

               “hayu ikut aja ...bawa salin”

               “oh iya kak siap”

               Aku adalah orang yang sulit menolak permintaan, apalagi dari Kak Purwa yang secara historis, punya riwayat begitu baik, atau punya kedekatan lah denganku. Aku seperti ekornya kak purwa, meski waktu itu aku sudah akrab dengan Kak Reza, yang menurutku aku lebih nyaman dengan Kak Reza yang lebih dewasa dan mau mendengarkan, sedangkan kak purwa bukan tipe pendengar yang baik bagiku.

               Aku pun bersiap-siap dan memasukkan beberapa bajuku ke dalam tas-ku, dan memakai sandal erger (eiger kw), untuk segera mengikuti kak Purwa yang sudah beranjak menuruni tangga.

               Seperti biasa kita pun membuat surat izin terlebih dahulu kepada pak Pepen (Pak Bulldog), karena kak Purwa ingin mencontohkan hal yang benar kepadaku. Kita izin 2 hari, dengan catatan aku lihat di suratnya adalah mengunjungi keluarga. Surat berwarna kuning yang ditandatangani oleh Pak Pepen, surat-menyurat tidak lama karena Kak Purwa sudah dipercaya oleh Pak Pepen.

               Kita pun berjalan keluar dari pesantren menuju ke arah selatan Garut, ah keluar dari pesantren dan berjalan dikelilingi sawah dan gunung rasanya aku baru terbebas dari penjara, ‘Penjara Suci’ kalau para santri menyebutnya. Seperti Andy Dufrene yang baru bebas dari penjara Shawshank, dalam film the shawshank.

               Setelah aku dan kak purwa berjalan kaki selama setengah jam...

               “Kita mau ke Ancol !!” katak Kak Purwa

               “wah asli kak?” aku sangat antusias, tentulah karena membayangkan Ancol seperti Ancol taman bermain yang ada di Jakarta.

               “emang di Garut ada Ancol juga Kak?

               “eh ada ..kemana aja atuh” kak Purwa menertawakanku.

               “ya kan saya mah bukan orang sini kak”

               “iya saya juga bukan orang sini, tapi Kakak ada saudara di sana”

               “pokoknya tempatnya bagus Sen...” Kak Purwa tersenyum sambil antusias. Dan aku adalah anak kecil yang mudah dipengaruhi, tahun itu seolah semua yang dikatakan kak Purwa adalah kebenaran.

               Kami pun berjalan terus, sudah sekitar 1 jam 30 menitan kita berjalan.

               “masih jauh kak?” tanyaku yang sudah mulai lelah.

               “sebentar lagi” kata kak Purwa.

               Dan trek yang kami tempuh pun semakin menanjak, terlihat jauh di sana Gunung Cikuray begitu indah, dan kami berjalan ke Arah Gunung Cikuray... meskipun tentunya kami masih cukup jauh jika ingin ke Gunung Cikuray.

               Sudah dua jam lebih dan aku pun hampir menyerah...

               “ayo sen sedikit lagi” kata kak Purwa sambil tertawa. Melihat aku yang seperti mau pingsan karena kelelahan.

               Kita tidak naik angkot atapun kendaraan umum lainnya, karena kita memang tidak punya uang, kak Purwa pun bukan dari keluarga berada bahkan beberapa kali Kak Purwa pinjam uang untuk beli Qur’an kecil dan beberapa barang itu meminjam uang kepadaku. Tapi aku tak masalah, meski dia lupa membayarnya.

               Seingatku padahal tadi kak Purwa bertanya tentang kampung Ancol kepada bapak-bapak yang ada di pinggir jalan, dan seingatku juga si Bapak tadi menunjuk ke depan dang mengatakan ...

               “tos caket a di payun sakedik deui (sudah dekat, di depan sedikit lagi)” mulai hari itu aku tak percaya lagi ungkapan ‘dekat’ versi orang gunung. Karena dekatnya dia dengan dekatku sangat jauh berbeda. Mungkin maksudnya ...’sudah dekat, tinggal ngelewati satu gunung lagi’ hahaha.

               “tok tok tok assalaamulaikum” kak purwa mengetuk pintu sebuah rumah..

               “ke ke saha nya” seorang wanita tua membuka pintu, tapi seperti tak mengenal, ia kemudian masuk lagi untuk membawa kacamata.

               “Eh Ujang Purwa maa syaa Allah” kak Purwa kemudian dipeluk oleh ibu-ibu itu, ternyata itu adalah paman dan bibi nya kak Purwa.

               Kami pun disambut dengan ramah, kemudian seingatku aku dan kak purwa disuruh untuk memasak sendiri mie dan telur, dan harus menganggap bahwa sedang di rumah sendiri.

               Yang berkesan dari Ancol Garut ini adalah, pemandangannya yang luar biasa indah sekali... seperti dimana ya ...seperti di Ubud Bali lah, ya meskipun aku belum pernah ke Ubud, tapi melihatnya di Internet nah seperti itu. Meskipun kalau kondisi Ancol Garut sekarang aku tak tahu kondisinya seperti apa.

               Di sana ...meski Cuma 1 malam, aku menghabiskan hari-hariku dengan penuh ketenangan, setiap hari aku disambut oleh Gunung Cikuray. Tak perlu ada kegiatan di Mesjid, tak perlu mengaji tak perlu mengerjakan PR, itu saja sudah sangat membuatku bahagiaaa sekali.

               Saat tengah malam, aku agak kesulitan tertidur karena di tempat baru ...kulihat kak Purwa sudah terlelap tidur... aku membuka-buka lagi surat-surat balasan dari Iki .... ya surat itu aku bekal di dalam tas, kusimpan rapi di sebuah wadah seperti amplop yang cukup tebal, dan aku selipkan di antara binder-ku.

 

TENTANG MASA KINI

 

Sampaikan juga Terima kasihku pada Nenek

Yang selalu menjaga sahabatku ini

Meski, dia tidak pernah ku ketahui orangnya

 

Sudah kuterima titipan minyak telon cap lang darimu

Angin Garut memang sedang tidak bersahabat akhir-akhir ini

Lihat selengkapnya