FULAN

prana sulaksana
Chapter #25

Ibnu Majah 3

Sudah memasuki Bulan November 2007, dan asatidz killer masih menguasai asrama. Lagi-lagi mereka membuat kebijakan seenak hati mereka, biasanya per-semester lah santri-santri dirubah ruangannya, sekarang mereka mau merubah ruangan asrama, sehingga aku harus pindah ruangan lagi.

               Ibnu Majah 3, adalah sebuah ruangan di lantai 2 gedung umar. Gedung umar yang kini sedang aku tempati, aku hanya perlu turun 1 lantai. Di sini aku sekamar dengan 7-8 orang lainnya yang mayoritas adalah kakak kelas di atasku 1 tahun, rata-rata mereka MTs kelas 3. Dan di Ibnu majah ini entah siapa ketua ruangannya, seingatku tidak diangkat ketua ruangan, sehingga ruangan ini terasa sangat liberal bagiku. Ya… tidak ada jadwal piket, tidak ada aturan saling membangunkan ketika waktu sholat, rasa-rasanya bebas sebebas-bebasnya. Karena di ruanganku hanya aku yang kelas 2 Mts, mereka sisanya sudah saling mengenal karena kelas 3 Mts.     Tidak seperti di ruangan-ruanganku sebelumnya, di ruangan ini sangatlah kotor. Debu sangat penuh, tempat nongkrongnya anak-anak kelas 3 Mts dimana ini angkatannya si Dodo. Dodo adalah anak salah-satu ustadz di sana, dodo juga punya adik yang seangkatan denganku, si Rifal yang selalu ranking 1. Tapi jika si Rifal sangat baik dan pintar, si Dodo kebalikannya… ia sangat nakal dan tidak berprestasi, tapi dia sangat hebat bermain bola. Si Dodo meski tidak di asrama, tetapi seringkali main ke asrama dan ke ruanganku.

               Beberapa nama yang kuingat dari ruanganku adalah si Husni, si Gogon dan si Anji. Sisanya aku lupa lagi… di ruangan ini lah aku pertama kali berkenalan dengan ‘Tumila’, anak-anak santri biasanya mempelestkannya dengan sebutan ‘To My Love’. Tumila adalah sejenis kutu yang bersarang di bantal atau kasur kapuk yang ada di asrama. Mereka yang pernah di asrama pasti masih ingat bentuk dan rupanya. Ia seperti kutu rambut tapi ukurannya sedikit lebih besar, tumila dewasa biasanya berwarna coklat kehitaman, sedangkan tumila yang masih kecil dan remaja biasanya berwarna coklat kemerahan. Aku masih sangat hafal, karena di Ibnu Majah 3 ini banyakkkk sekaliiii luar biasa….karena ruangan ini kotornya naudzubillah, dengan puntung rokok dimana-mana.

               “AHhh gatallll” itulah yang kurasakan hampir setiap hari di ruangan ini. Karena ketika tumila menyerang kasurmu… sudah …siap-siap saja menerima ‘Penyakit wajib santri’ yaitu ‘budug’. Berawal dari gigitan tumila, kemudian ruangan yang kotor, dan pola hidup tidak bersih maka budug adalah sebuah keniscayaan.

               Pertanyaanku padamu yang membaca ini, berapa harikah kamu kuat tidak mandi? 1 hari? 2 hari? 3 hari? Oke lumayan. Aku hampi pernah 1 bulan penuh tidak mandi. Jadi selama 1 bulan itu aku hanya cuci muka dan wudhu saja. Adapun hari jumat? Ya sama aku tidak mandi, meskipun sebetulnya diwajibkan mandi. Aku mungkin terbawa oleh suasana ruanganku yang mereka rata-rata pemalas, orang-orang yang cuek dan acuh, meski solidaritas atar mereka cukup tinggi aku akui. Maka bayangkan saja dengan tidak mandi selama itu, bagaimana dekilnya aku.

               Aku teringat suatu hari di kelas MTs 2C, aku sedang belajar. Kondisiku hari itu sedang kurang sehat, selain karena makananku yang tidak dijaga, pola kebersihan pun aku tidak terapkan.

               “kenapa kamu sen?” tanya teman sebangkuku.

               “sakit ..”

               “sakit apa?”

               “malu ah”

               “kenapa malu sen?”

               “budug”

               “hah gimana budug nya lihat?”

               “Anjirrr” dia sangat kaget.

               Ya …budug itu seperti ada luka, tapi dia borok dan bau, di dalamnya terdiri dari nanah dan darah. Saking parahnya budug-ku, sampai-sampai ia rapet/menempel dengan pakaianku. Jadi budug-ku ada di area paha, lutut dan bagian belakang paha. Sehingga aku kesakitan saat duduk dan belajar.

               Bagi kamu yang pernah budug dan tahu rasanya apa yang kurasakan, semoga kalian sehat-sehat di sana, meski aku tahu tanda budug itu masih ada di kulit kalian, sisa-sisa perang itu masih ada sampai sekarang. Jadi kalau ada seseorang ada bekas budug, 90% ia adalah bekas santri haha, itu hanya survei-ku saja.

               Sudah hampir sebulan lebih aku tidak menerima surat dari Iki, padahal aku telah membalas suratnya jauh-jauh hari. Aku seperti orang yang sangat bawel kepada si Bibi, 3x sehari aku selalu tanya ‘bi biasa…ada?’ maksudnya adalah bi ada surat tidak. Dan jawaban si Bibi selalu sama, tidak ada.

               Kemana Iki? Apakah dia tidak mau lagi menulis surat untukku? Apakah dia sudah tahu aku yang mana? Apakah dia sudah punya pacar? Ah fikiran itu terus menggangguku di akhir November 2007. Aku galau setengah mati, ya untuk ukuran anak kelas 2Mts. Aku pun memutuskan untuk pergi bermain Playstation 2 di tukang PS yang terletak di dekat kantor desa, sebelum wartel arah gunung guntur. Di Ibnu Majah bisa dikatakan awal kenakalanku, aku habiskan waktu bukan untuk membaca Qur’an atau membaca buku, aku sibukkan untuk bermain winning eleven di PS. Tiap ada waktu luang di asrama aku selalu kabur, baik dengan temanku atau aku sendirian saja ke tukang PS.

Lihat selengkapnya