FULAN

prana sulaksana
Chapter #27

The Poker Community

Januari Tahun 2008, aku sakit karena budug (kulit borok) yang sudah cukup parah …karena tidak hanya budug, tapi juga disertai dengan demam. Aku pulang ke Bandung dan diobati oleh bidan di dekat rumah. Nenek tidak punya uang untuk membawaku ke dokter, aku juga tidak punya askes (Asuransi Kesehatan). Karena di kampungku kalau ada yang sakit pasti pertolongan pertamanya ke Bidan, meski secara kelimuan dan profesional harusnya ke dokter, tapi bidan tidak menolak dan ternyata bisa menyembuhkan. Aku diberi obat dan salep, dan dianjurkan untuk lebih berseka dengan menerapkan pola hidup yang bersih dan sehat.

               Awal Februari 2008, aku baru masuk lagi ke Pesantren setelah liburan semester 1 ditambah aku yang sakit selama berada di Bandung. Aku masuk pesantren dengan kondisi sudah sehat dan sembuh dari budug. Namun, bekas budug itu masih ada sampai usiaku sekarang. Kami biasanya menyebutnya sebagai ‘bekas perang’, iya perang dengan tumila.

               Di semester 2 kelas 2 Mts ini, Asatidz killer sudah mulai merubah lagi kamar kita. Dan aku pun untuk kesekian kalinya harus pindah ke ruangan yang lain. Aku sudah pernah merasakan gedung Ali, Gedung Umar, dan sekarang ternyata ruangan baruku ada di Al-Hakim 2, ruangan al-Hakim 2 terletak di lantai 3 Gedung Utsman. Pengalaman baru bagiku di lantai 3 gedung Utsman ini, dannnn ….aku sangat senang sekali karena isi dari ruangan Al-Hakim 2 ini adalah teman-teman seangkatanku semua. Namun berarti aku harus satu gedung dengan asatidz killer yang berada di lantai 2 dan lantai 3 di pojok dekat tangga.

               “hai …” seorang laki-laki menyapaku dengan suara yang lembut sekali.

               “Eh iya hai” jawabku yang kaget, karena suaranya seperti suara perempuan. Ditambah dia memakai kaos polos berwarna ping baby, dan celana putih. Aku tidak berbohong, dia memakai kaos itu. Bahkan aku punya bukti fotonya saat ini haha.

               “Eh sena di sini ruangannya?”

               “Iya betul mi ..” namanya Helmy seangkatan denganku, hanya berbeda kelas denganku. Dia orang Bandung sama denganku, sehingga aku tau dia karena beberapa kali ikut kumpulan ISABA (Ikatan Santri Asal Bandung). Dia seorang yang agak feminim, cara bicaranya agak manja, seringkali ingin dipanggil ‘emi’…tapi aku yakin itu hanya bercandaannya saja, dia seorang yang pintar secara akademis, ia selalu ranking 3 besar. Dan seringkali digoda oleh teman seangkatan ataupun kakak kelas karena sikapnya yang gemulai.

               Selanjutnya aku bersalaman dengan Hilman, atau kita seringkali panggil Ustadz.Hilman dari Cipacing. Dia seumuran dan seangkatan dengan kita, dia disebut ustadz Karena dia seorang yang hampir selalu serius, dan mengaitkan segala orbolan dengan agama, dalil qur’an atau hadits. Seringkali aku berdebat dengannya… dari mulai ‘Wajib tidak mandi bagi seorang laki-laki di hari Jum’at’, debat masalah Jin …’apakah benar ada manusia yang bisa melihat jin?’ sampai berdebat masalah ‘apakah dajjal sekarang sudah dibebaskan’. Meskipun kita sering bersitegang, tapi ujungnya dia selalu tersenyum kepadaku, tapi kalau dengan yang lain dia selalu bersitegang bahkan hampir pernah berkelahi. Ah entah dimana dia sekarang.

               Al-Hakim 2 menurutku adalah ruangan ternyaman selama aku di Pesantren ini, bukan hanya karena ruangannya… tapi menyangkut orang-orang yang ada di dalamnya. Di ruangan ini pula aku belajar dan berhasil mengkhatamkan berbagai jenis permainan kartu remi. Tapi sebelum aku bercerita tentang serunya bermain kartu remi di al-Hakim 2, aku akan bercerita tentang personil al-Hakim 2 terlebih dahulu.

               Rifki, seorang berperwakan tinggi besar … badan dan wajahnya mungkin mirip standup comedy-an Hifzi Khoir. Seorang yang lucu dan loyal, dia orang Sukabumi. Sebetulnya ia berada di ruangan Al-Hakim 3, tapi Al-Hakim 3 itu jadi basecamp nya angkatan kelas 2 Muallimien sekarang yang sedang menjabat, yaitu angkatan si A Rozi.

               Akbar, orang garut pindahan dari sekolah lain. Ia masuk pesantren di kelas 2 Mts, ia paling pendek dan paling imut di antara kami. Karena dia punya lesung pipi yang begitu jelas. Meski kecil ia seorang freestyler BMX, sepeda yang sangat ia senangi. Ia bahkan bisa berdiri di atas sepedanya yang sedang melaju.

               Sissoko, seorang yang berperawakan tidak tinggi tapi tidak terlalu pendek juga. Ia paling kurus di antara kami. Dengan kulit yang coklat sedikit kehitaman. Dia merupakan temanku yang sangat ceria dan punya kecepatan lari paling kencang di antara kami, aku yakin kalau dia memutuskan untuk menjadi atlet marathon dia pasti sukses.

               Adam, dia temanku dari Ibnu Hibban 2. Seorang yang berusaha idealis, ambisius tapi lucu. Dia temanku yang baik dan cukup perhatian. Sebetulnya ruangan si Adam di Al-Hakim 1, namun ia lebih nyaman bersamaku dan teman-teman di Al-Hakim 2.

Lihat selengkapnya