Seperti biasa, setelah ujian di pesantren ini maka akan ada hari-hari kosong yang biasanya dimanfaatkan oleh pengurus RG-UG untuk mengisi dengan berbagai acara atau perlombaan, seperti yang pernah aku bahas sebelumnya, ada Liga RG, Liga Naqieb, untuk UG ada lomba basket di asrama, ada lomba pidato, ceramah, MTQ dan lain-lain.
Nah untuk di malam harinya biasanya ada pentas seni dari berbagai kelas RG dan UG. Ada yang bernyanyi, ada yang menampilkan pidato, ada juga yang menampilkan pembacaan puisi, drama dan lain-lain.
“kepada seluruh santri RG yang berada di asrama, untuk segera menuju ke lapangan …. Karena acara akan segera dimulai” suara pengurus RG dari pengeras suara asrama putra.
Kami pun bersiap-siap dan mulai menuruni tangga untuk menuju ke lapangan yang sudah dipasang tenda dan kursi-kursi. Di depan sudah tersedia panggung yang lumayan besar di lapangan tempat kami biasa bermain bola dan baiat (upacara).
“Selamat datang di malam pentas seni dan kreasi santri tahun 2008” moderator dari RG memulai acara. Dihadiri oleh Ustadz Luki dan beberapa Asatidz killer.
“setiap kelas untuk bersiap-siap menampilkan kreasinya masing-masing” seingatku, kelas 2C tidak menampilkan apa-apa karena kami bingung, mau menampilkan apa. bahkan ketika moderator mengabsen kelas kami, kami semua bersembunyi dan pura-pura tidak tahu.
“sebiru hari ini …birunya bagai langit terang benderang …seindah hati kita… walau kita kan terpisah …”
Kang Sofian yang berkacamata dari takhossus menyanyikan lagu dari edcoustic yang sangat digemari dan sedang trend di kalangan santri pada tahun-tahun itu.
Ratusan santri sudah memadati lapangan di malam hari yang terasa hangat karena dipenuhi semua santri RG dan UG dan beberapa asatidz.
“laaagi …laaagi …laaagi !” teriak santri-santri yang mendengarkan lagu dari Kang sofian yang suaranya memang enak.
“karena penonton meminta, saya akan bawakan satu lagu lagi untuk kalian semua”
“wuuuuu…yeeee” tepuk tangan semua penonton. Pokonya malam itu meriah sekali, tapi dalam suasana yang tertib dan nyaman.
“wahai …pemilik nyawaku …lindungiku dari putus asa ….jika ku harus pergi, pertemukan aku dengannya ….” Kang Sofian dengan suaranya yang lembut.