Banyak kenangan yang tak aku ceritakan, detail kecil yang rasa-rasanya mungkin terlalu banyak. Tapi kejadian-kejadian penting yang menarik sudah aku ceritakan pada kalian, bagian yang paling aku senangi adalah setiap kebersamaan di asrama dan surat-surat dari Iki. Tadinya aku ingin bercerita sebanyak mungkin, tapi aku ingin mengembalikan lagi tujuan menulis buku ini, untuk mengobati recurring dreams ku.
Pagi ini di tahun 2021, mimpi-mimpi tentang pesantren itu semakin jarang aku mimpikan... apakah aku akan segera sembuh? Ah aku bahagia, harusnya sih seperti itu.
Dalam Pelukan April
Suatu hari saat aku kembali ke Pesantren ini
Satu hal yang pasti aku ingat
Adalah Wajahmu yang tersenyum
Di setiap sudut, setiap jalan pesantren ini
Aku tahu di tahun depan, April tidak akan sehangat ini lagi
Entah aku, atau april yang lebih kesepian
Aku titipkan kau pada April
Dalam kehangatan dan ketidak-hangatannya
Akhir-akhir ini jantungku berdebar seenaknya
Aroma perpisahan sudah tercium begitu dekat
Apakah kenangan kita akan memudar oleh waktu?
Atau ia akan menguat karena jarak?
Apapun itu, aku ingin meyakinkan diriku
Bahwa semua ini nyata,
Bahwa semua ini benar-benar pernah ada
Aku,
Di Pertengahan April
Bulan-bulan Penuh Kesepian
Sebelumnya sudah aku ceritakan bahwa Geng The Poker sudah tidak ada, teman-temanku sibuk mengurusi dirinya sendiri. Sebagian santri sibuk menghadapi ujian kelulusan, baik ujian Pesantren, Ujian Madrasah dan Ujian Nasional. Sebagian santri sibuk mendaftar untuk melanjutkan ke berbagai sekolah, ada yang mau diteruskan di pesantren itu, ada yang mau pindah ke SMA, ada juga yang pindah ke pesantren lain.
Rasanya ada yang sesak di dada ketika memikirkan perpisahan, apalagi usiaku sangat muda yang tidak terbiasa dengan perpisahan. Kemana aku harus pergi saat aku rindu teman-temanku disini yang sudah aku anggap seperti keluarga? Harus kemana aku mengirim surat-surat itu saat aku rindu Iki? Harus kemana aku ingin bermain bola saat aku rindu teman-temanku disini?.
Di tengah kehidupan hening dan sepi karena masa-masa ujian, tiba-tiba asrama menjadi gaduh …
Teman-temanku dari ruangan Bukhori 2 berlarian,
“Aya naon ieu? (ada apa ini)” tanya si Dukun ke salah-satu santri di Bukhori 1.
“Si Sani kun euy …” jawab si Dadang Kiceup. (memang mata dia berkedip tiap beberapa detik sekali).
“si sani Kenapa dang?” tanya si Dukun.
Aku yang sedang duduk di ranjang atas ruanganku langsung keluar ruangan dan dari pintu aku dengarkan percakapan si Dukun dan si Dadang Kiceup.
“dipanggil Ust.Luki Kun…” jawab si dadang.