FULAN

prana sulaksana
Chapter #41

Kiara Payung Sumedang

Akhirnya ujian pun selesai, entah bagaimana hasilnya. Kami berharap hasil yang terbaik untuk seluruh santri angkatan kami. Dan kami berharap agar semuanya bisa lulus.

Angkatan kami sebetulnya ingin menutup acara perpisahan itu ke Pangandaran, bahkan si Pandi dan si Mukhlis yang sudah dikeluarkan dari pesantren pun ikut menggalang dana agar kita perpisahan ke Pangandaran. Sampai-sampai si Mukhlis ngamen-ngamen ke bus ke terminal agar terkumpul dana. Tapi anak-anak angkatan kami kurang merespon dengan baik, sehingga dana yang diinginkan tidak tercapai.

               Dan Asatidz memutuskan angkatan kami menutup perpisahannya di Kiarap Payung Sumedang, agar jarak tidak jauh dan bisa menginap beberapa hari di sana.

               Sebelum kita berangkat ke Kiara Payung, Ust.Luki dan Asatidz yang lain mengumpulkan kami di sebuah kelas.

               “assalaamulaikum …” sapa ust.Luki

               “Waalaikum salam wr.wb” jawab kami serempak RG dan UG.

               “anak-anakku, seperti kalian sudah ketahui bahwa acara perpisahan angkatan ini jadinya di Kiara Payung Sumedang”

               “aaaaahhhhhh” terdengar suara kecewa beberapa RG.

               Kalau aku sih biasa aja ya mau kemana juga oke saja.

               “tujuannya adalah supaya meringankan biaya dan juga supaya bisa beberapa hari di sana agar bisa menambah mempererat tali silaturahmi antara santri dan juga asatidz…

               …kita di sana kurang lebih 4 hari 3 malam, jadi persiapkan bekal secukupnya, dan jaga kesehatan itu yang terpenting”.

               Kiara Payung adalah tempat untuk outbond, bermain, dan Camping. Udaranya sejuk pemandangannya pun cukup bagus. Tapi RG angkatan kami cukup kecewa karena mereka ingin ke Pangandaran, tapi apa boleh buat sudah diputuskan, maka kita pun berangkat kesana di akhir bulan Mei.

               Di sana kami bermain bola, bermain permainan yang sudah disiapkan asatidz, flying fox dan masih banyak sekali. Seru sekali, mungkin yang tidak seru adalah ketika malam hari, sakit gigiku kambuh di saat yang tidak tepat. Malam hari diisi penampilan nyanyi dari tim nasyidnya si Yesa dan si Adam. Kemudian UG, yaitu si Dina ber-atraksi dengan menyemburkan minyak dari mulut ditiupkan ke obor sehingga api begitu besar, malam itu menjadi semakin hangat.

               Di momen itu yang begitu indah itu, justru terjadi keributan antara dua geng yang sudah lama perang dingin yaitu Geng si Ragil vs Geng si Yakjuj.

               “kadieu sia anjing ! “ kata si Ragil ke si Yakjuj.

               “naon goblog sia !”

               Terjadi perkelahian hebat ketika asatidz tidak ada, mungkin sedang berada di tenda. Kulihat si Yakjuj dikeroyok oleh 3-4 orang, yaitu si Ragil, si Jadel dan kawan-kawannya. Si Yakjuj waktu itu hanya ada si Dukun. Tapi perkelahian itu tidak berlangsung lama hanya 6-7 menit. Tapi baru kali ini aku lihat perkelahian antara 2 kubu itu pecah. Mungkin kalau si Ragil dan si Yakjuj ingat kejadian itu, mereka bertanya-tanya ngapain mereka lakukan itu ya? Hahaha. Mungkin mereka ingin sok jago seperti si Genji di film Crows Zero, atau ingin seperti si Jarot di Film Serigala terakhir.         

               Kiara Payung ditutup dengan, sesi curhat seluruh santri angkatanku dengan para asatidz. Kami disuruh menyampaikan unek-unek selama ini, kemudian kami pun disuruh untuk menceritakan pengalaman kesan-kesan dan rencana setelah lulus mau dilanjutkan kemana.

               “Silahkan semuanya duduk melingkar !” kata Ustadz Ujang dengan tegas, membuka acara sesi curhat. Beliau Wali kelas kami, seorang yang sangat tegas. Karena selain menjadi ustadz, Ia juga adalah seorang guru boxer.

               Kami pun duduk melingkar…

               “anak-anakku sekalian …alhamdulillah acara beberapa hari ini sudah selesai dengan baik. Akhirnya kita berada di ujung acara, bapak ucapkan terima kasih atas segala keikutsertaan kalian. Juga bapak mohon maaf apabila banyak kekurangan dari acara kita ini…

Lihat selengkapnya