FULAN

Avisena Sirr Zafran
Chapter #43

EPILOG

13 September 2021

               Senin, hari yang dibenci setiap karyawan. Karena selalu macet, apalagi daerah Bogor. Di sini jalan menjadi satu arah, apabila salah belok, kau harus kembali putar-arah di jarak yang sangat jauh. Walikota baru kebijakan baru, ya sudahlah …kita ini hanya rakyat biasa.

               Rasanya senang sekali bisa menyelesaikan tulisan tentang masa sekolahku, tak terasa sudah sekitar 300 halaman aku menulis. Kemudian aku bertanya-tanya harus aku kemanakan tulisan ini ya? Aku terbitkan saja tulisan ini? atau simpan pribadi saja di lemariku?

               Di tengah perenunganku, aku punya ide untuk mengirimkan tulisan ini untuk Iki. Setahuku Iki sudah menikah, tapi aku juga tidak yakin karena belum pernah melihat foto-fotonya, namun kalau aku kirim tulisan ini dalam bentuk buku apakah tidak akan masalah ya? Aku ingin mengirim buku ini sebagai nostalgia saja untuknya, dan agar dia tahu siapa Fulan yang sebenarnya. Penebusan kesalahanku di masa lalu, yang pengecut, yang pecundang.

Selama 14 tahun aku belum pernah bereuni dengan teman MTs ku. Aku juga waktu itu pernah hanya 1 kali ke pesantren itu lagi, itu juga hanya sebentar, lewat saja.

               Keputusanku bulat, aku akan usahakan mencetak buku ini dan mengirimkannya pada Iki yang sekarang di 2021. Terus aku kirimkan kemana ya? Aku tak tau Iki ada dimana sekarang hahaha.

               Eh sebentar-sebentar, Iki pernah bilang di suatu suratnya bahwa rumahnya sangat dekat dengan sebuah pesantren di Buah Batu. Ah iya aku ingat pesantren itu, aku tujukan saja nanti alamatnya ke sana. Aku juga ingin tahu nanti bagaimana respon dan reaksi Iki membaca buku ini, setidaknya buku ini bisa menghiburnya di tengah pandemi covid-19 ini. Aku pun bisa menyelesaikan buku ini, karena sedang covid dan WFH.

Iki di tahun 2021

               Setahuku Iki sudah menikah, aku senang mendengar ia bahagia dan sudah menikah. Dia menjadi perawat di sebuah rumah sakit Umum, dan aku sangat bahagia juga ia mampu mencapai cita-citanya di dunia kesehatan.

               Ah aku merindukannya, merindukan senyumannya… juga balasan surat darinya, ah aku rindu semua tentang dia. Meski aku tidak akan mengganggu dia dengan kehidupannya yang sekarang. Aku hanya ingin ‘melunasi hutang masa-lalu’. Aku ingin mengungkap identitasku pada Iki, itu saja.

               Tapi di Bogor, aku tidak punya banyak kenalan penerbit. Sehingga aku pun memutuskan untuk pulang ke Bandung setelah sekian lama.

Bandung …. sudah tidak ada lagi Nenek, Nenekku sudah meninggal di tahun 2015, di saat aku mengerjakan skripsi, nenek meninggal. Ia tak sempat menyaksikan aku lulus, ia tak sempat menyaksikan aku diterima kerja, ia tak sempat menikmati uang dari hasil kerja-kerasku.

Kau pergi terlalu cepat nek,

Ah sudahlah, kalau membahas nenek aku tak kuasa untuk menangis lagi, aku sudah bisa berdamai dengan itu, sudah 6 tahun Nenek pergi, aku bekerja di sebuah perusahaan di Bogor, biasanya lebaran aku pulang ke Bandung untuk mengunjungi paman dan saudaraku.

               Bandung, ah setiap sudutnya aku rindu …Bandung adalah Bendungan kenangan. Ia tak pernah bisa jauh dari hatiku, satu-satunya tempat yang selalu aku rindukan di saat sepi sendirian. Bandungku… aku pulang, aku sudah datang Bandung.

               Awal Oktober 2021, aku bertemu kawan lama di penerbit namanya Arif. Salah-seorang Editor di Penerbit di Bandung. Aku sudah mengirimkan naskahku kepadanya lewat email …

               Aku bertemu dan berkunjung ke kantronya di jl Soekarno-hatta, dimana di sana ada lampu merah terlama di dunia hehe.

               “wah ini orang bogor…. Lawas tilawas” Arif memelukku.

               Akupun memeluknya erat,

               “gimana naskah kemarin yang aku kirim?”

               “ada beberapa yang harus direvisi Sen, tapi saya usahakan pasti bisa terbitlah, Cuma agak lama prosesnya”

               “kenapa lama bro? gak bisa dipercepat?”

               “gak bisa Sen, hantaman covid kemarin, produksi betul-betul sedikit, bahkan beberapa produksi pun terpaksa distop, para pekerja juga banyak yang dirumahkan”

               “eh iya ya bro …ya udah saya percayakan padamu rif, tapi kalau bisa secepatnya ya”

               “siap mas bro…”

               “kurang lebih berapa lama dari revisi nanti dikirim?”

               “1-2 bulan-an lah Sen…”

               “oke siap aku tunggu kabar baiknya ya”

               “Iya sen makasih ya…udah percaya, dan udah mampir ke sini”

               Aku pun kemudian berangkat lagi, jalanan Bandung yang biasanya macet, kali ini cukup lengang untuk mobilku melaju …rupanya masih aturan PPKM waktu itu.

               Bandung dan udaranya membuat kerinduanku pada masa laluku begitu terasa,

Aku melintasi jalan Buah-Batu …

Satu wajah yang langsung terbayang dalam ingatanku … ya, wajah tukang parkir …

maaf, …tentulah wajah Iki.

Sesampai di rumah mendiang Nenek, aku melihat sosial media dan mencoba mencari Iki, dan mencari tahu apa kabarnya sekarang.

               Kulihat Iki tak banyak memposting foto atau video, hanya beberapa tulisan dan juga membantu mempromosikan motor saudaranya yang hendak dijual. Aku like dan ikuti saja Iki di sosial media, lagipula aku yakin ia tidak akan ingat aku. Aku ingin lihat bagaimana responnya saat ia menerima buku yang kutulis.

               Tidak lama aku di Bandung, aku harus segera kembali bekerja ke Bogor.

 

Bulan-bulan Akhir di tahun 2021

               Pukul 20.47 Aku yang sedang rebahan di kontrakanku di Bogor. Ketika sedang menscroll sosial media, tiba tiba aku lihat ada sebuah postingan …

               “Innaalillahi wa Innaa Ilaihi roojiúun telah meninggalkan kita semua Saudari Hilki Az-Zahra Hafizah, Semoga amal ibadah beliau diterima, dan diampuni segala dosa-dosanya”

               Aku langsung terperanjat dan tak bisa berkata apa-apa… hah apa ini? Apa ini lelucon? Jangan bercanda !!

               Aku kemudian memberi comment pada orang yang memposting tulisan itu. Dan mempertanyakan kebenaran berita tersebut.

               Beberapa menit kemudian ada postingan yang sama, tapi kali ini disertai dengan foto Iki.

Lihat selengkapnya