7 tahun kemudian...
SINDARA Binary Lazuardi. Namanya menjadi Sinby sejak almarhum ibunya memanggilnya dengan nama itu. Sering kesal disebut rambut jagung ketika masih SD karena mahkota kepalanya berwarna cokelat kepirangan, setelah dewasa―Sinby menyadari bahwa banyak orang berambut hitam legam menginginkan warna rambut cokelat alami sepertinya. Salah satunya Titha, seorang bidan sekaligus sahabat kecilnya.
Sudah berjalan tujuh tahun sejak Sinby melahirkan bayi perempuan, mereka tinggal bersama di rumah tua bergaya kolonial, warisan orang tua Titha.
Di usia yang menginjak dua puluh enam tahun, Sinby yang mendapat penglihatnnya kembali setelah operasi, mengawali karir menjadi desainer boneka di perusahaan kids toys di Jakarta―salah satu market mainan terbesar milik keluarga Vic, calon tunangannya.
Lincah, ulet, dan sedikit cerewet. Sinby mendapat predikat itu dari orang-orang di sekitarnya. Namun mereka tidak akan menyangka jika predikat itu menghilang setiap 30 Januari―tanggal kematian Aracelly, putri kecilnya yang kala itu baru berusia lima minggu.
Di pagi mendung, Bu Rita―pengusaha baju anak-anak yang merangkap sebagai rentenir―datang ke rumah dan berteriak marah-marah pada Titha lantaran tertipu distributor baju dari luar kota. Emosinya kemudian berujung pada hutang Titha dan Sinby yang menunggak tiga bulan lamanya.
"Ini sudah tanggal 30 Januari. Kalau tidak bisa dilunasi sekarang, kalian harus bantu saya jualan. Saya kekurangan orang karena malam ini ada bazar besar-besaran."
"Iya Bu! Kita pasti datang buat bantu Ibu." Titha menyanggupi demi mengakhiri masalah mereka secepatnya.
"Yasudah! Pokoknya saya tunggu sore ini di tempat biasa!" Bola mata Bu Rita membidik pasti ke arah Sinby yang mengintip dari balik tembok.
Wajah Sinby pucat pasi. Namun tidak lama bibirnya tersenyum kaku mengantar kepergian Bu Rita.
...
"Bi, rambut kamu sudah panjang. Aku potong ya?" tanya Titha antusias saat mereka akhirnya berdiam di kamar, duduk di depan meja rias diselimuti kehangatan matahari yang menerobos tirai putih di jendela.
Tak mendapat respon dari Sinby, Titha tak patah arang. "Oh iya, ada yang sudah pulang tuh dari Paris. Sebentar lagi ada yang mau dilamar nih! Vic keren juga ya. Umur dua puluh tujuh tahun sudah sukses dan dia tulus mau menikahi kamu, Bi."
Sinby tertawa kecil saat ingat sesuatu. "Kamu masih sering dipanggil Arale?"
"Iyaa! Katanya aku mirip sama tokoh anime Jepang itu, yang kakinya pendek, pipi bulet terus pakek kacamata kotak."
"Tapi memang bener kan?" Mata Sinby berkilat jenaka.
Menjadi alasan Sinby tertawa, Titha mengembuskan napas panjang.
"Ok! Jadi kamu mau pakai masker apa? Pepaya? Bayam?"
"Enggak ah!"
"Serius nggak mau service masker dari aku? Mumpung gratis loh!" tawar Titha lagi.