"ughh" pegal sekali.
Aku terbangun dari tidurku yang disebabkan kelelahan. Semalaman aku menutup ventilasi udara yang masuk ke kamar kost. Pengap sekali di sini, tapi yah, sudahlah, itu adalah harga yang harus dibayar demi keamanan serbuan spora yang kemungkinan bisa masuk. Bagaimanapun aku harus tetap hidup.
"Oh iya!!" Aku teringat sesuatu. Langsung ku raih HP ku di atas kasur.
"Yaaahh, ah sudahlah" benar saja, harapan yang semula kalau keluargaku meneleponku, tapi notif saja tidak ada. Kulihat indikator sinyal juga baik-baik saja. Yasudah.
*Tuuuuuuut, tuuuut, tuuuuuuut*
Suara telepon dari milikku yang mencoba menelepon mereka di sana. Dari suaranya tersambung, tapi tidak diangkat. Ku telepon sampai 6kali, akhirnya aku hanya meninggalkan Chat, ataupun voice note.
Sesekali lampu kamarku berkedip, kemudian teringat.
"Benar juga, sinyal, nanti ada saatnya hilang tanpa sisa"
Hal tersebut membuatku mengirimkan lagi note yang pemilihan katanya dibuat seakan adalah chatku terakhir kalinya. Apa aku membuat mereka cemas? Apa aku mencemaskan mereka? Apa aku ingin menolong atau ditolong? Ingin segera tahu kabar mereka? Tentu saja, tapi ketakutanku terhadap kematian melebihi semua keinginan dan kecemasanku itu.
***