Bagiku memiliki mimpi adalah sebuah kemewahan. Memiliki harapan seperti sebuah harta kekayaan. Memiliki harapan akan terwujudnya suatu mimpi seperti memiliki harta karun yang akan terus diwariskan tanpa batasan. Tidak ada kecemasan.
Tapi apalah aku. Tidak bermimpi juga tidak memiliki harapan. Rasanya terlalu sulit jika harus dihadapkan pada kenyataan bahwa mimpi dan harapan akan selalu menjadi angan. Aku hanya berusaha menjalani kehidupan tanpa beban. Bahagia? Tidak juga. Hanya seperti ingin hidup sesuai keinginan, tanpa aturan. Seperti itu.
Dewhara Hallynin. Seperti itulah aku. Gadis 15 tahun yang baru saja memasuki SMA. Sama sekali tidak bermimpi dan berharap. Hanya ingin menjalani kehidupan tanpa beban, tanpa aturan dan tanpa perencanaan. Tapi baru-baru ini aku memiliki sebuah rencana. Rencana untuk tidak memiliki teman dan ingin selalu sendirian. Rencana untuk tidak dipandang orang. Bahkan kedekilan penampilanku karena jarang mandi juga sebuah perencanaan. Meskipun bangun siangku benar-benar di luar kendaliku.
Orang tuaku? Tidak berbeda. Mereka selalu menuntutku memiliki nilai sempurna di sekolah. Bukannya aku tak mampu, hanya saja aku tak mau menuruti mereka. Kupikir keinginan mereka mencampuri hidupku akan terus berlanjut jika kuturuti satu.
Rencanaku adalah hidup tanpa rencana. Ingin mengalir begitu saja. Tapi ternyata hal sesederhana itu aku tak bisa. Apalah aku.