My Dear, 13 Februari 2017
Hari ini sudah kesekian kalinya aku dihukum karena telat datang sekolah. Beruntungnya hanya dihukum mengais sampah plastik di lapangan. Tahu tidak- Apa yang lebih mengejutkan? Entah apa ini rasanya, aku menemukan jam weker klasik yang naas terbuang percuma. Lusuh memang tapi ya ini, entah kenapa aku ingin memungutkan. Seakan memang harusnya menjadi milikku. Pada akhirnya, doaku hanya satu. Semoga jam ini mampu membangunkanku tepat waktu esok pagi
Belum sempat mengakhiri kalimat terakhir dengan titik, Hara sudah menguap lebar tanda mengantuk. Buru-buru ia meletakkan kembali buku diary hitamnya di laci meja paling bawah. Tak lupa ia memandangi jam weker barunya sebentar lalu menyetting waktu 05.10, 14 Februari 2018 secara tidak sadar. Selimut tebal hangat bermotif kaktus menjadi magnet yang menarik Hara untuk segera menenggelamkan diri dalam mimpi indah yang panjang.
***
Kring kriiiiiiiiinngggg
Kaget bukan main. Hara tidak hanya sekadar membuka mata namun juga langsung terduduk di atas kasurnya. Jam weker temuannya benar-benar ampuh membangunkan tidurnya hanya dengan sekali hentakan. Kekagetan Hara lebih dari sekadar itu. Nada deringnya ia rasa cukup untuk membangunkan satu rumah saking kerasnya.
05.10. Sesuai dengan yang ia rencanakan semalam. Tidak menunggu lama, Hara bergegas mandi dan menyambar seragam OSIS nya di cantolan balik pintu. Tidak seperti biasa, waktu Hara untuk merias diri di depan cermin kecilnya bisa lebih santai dari biasanya. Hari ini Hara yakin ia tidak terlambat.
Sesuai prediksi, pukul 06.40 Hara sudah sampai di sekolah. 20 menit lebih awal dari bel masuk. Sekolah benar-benar sepi saat Hara menginjakkan kakinya memasuki gerbang. Ia baru mengetahui jika teman-teman lain ternyata datang juga hampir-hampir telat. Hanya saja Hara selalu lebih telat dari mereka.
Belum menemukan keanehan, Hara dengan santai duduk di bangkunya yang berada di semi pojok barisan keempat dari pintu depan kelas. Satu persatu siswa lain memasuki ruangan kelas. Hara masih belum menyadari teman-temannya aneh. Ia satu dua kali melirik dari ekor mata ada satu dua orang baru datang. Sambil menyibukkan diri membolak-balik buku pelajaran tanpa dibaca serius, Hara tersentak saat ada seseorang berteriak “Vera, PR Matematika kamu sudah jadi?”