Puas menertawakan diri sendiri. Hara segera masuk dan mengambil tempat duduknya sesuai absen. Selama sehari itu, Hara berjuang seolah-olah mengerjakan ujian yang soalnya saja sulit diterjemahkan. Beberapa materi yang bahkan sama sekali asing di matanya dengan susah payah ia cerna. Sambil mengunyah angin, Hara bergumam, kau memang dari dulu bodoh.
Sekembalinya dari masa depan, Hara memutuskan hidup normal. Satu kali tanpa perencanaan justru membuatnya dalam situasi yang sulit. Setidaknya lain kali ia akan berhati-hati mengambil keputusan. Dalam hari-hari membosankan, ia sampai di akhir Mei 2017 tepat saat minggu ujian.
Di hari ketiga ujian, Hara memasukkan buku-buku catatannya untuk pura-pura ia baca sebelum ujian. Matematika dan Biologi jadwal hari ini. Hara dengan biasa memasuki ruang ujian seperti hari pertama dan kedua kemarin.
Setelah bel masuk berbunyi, pengawas langsung memasuki ruang ujian dan membagikan soal berikut lembar jawabannya. Beberapa siswa tampak serius mengerjakan soal. Ada pula yang memperlihatkan mimik pusing, bingung dan stres karena tidak bisa menjawab. Sebagian begitu tenang meskipun lembar jawabannya masih belum terisi. Menyontek? Sama sekali bukan pilihan. Sekolah Hara begitu ketat dalam pengawasan ujian sehingga banyak siswa yang tidak berani mengambil resiko ketahuan menyontek meskipun sangat ingin. Kendati demikian, masih ada satu dua yang dengan sangat sangat hati-hati berusaha menyontek apapun triknya.
Pemandangan kontras terlihat di wajah Hara. Ekspresinya begitu sulit dideskripsikan karena pencampuran ekspresi kompleks terhadap satu kejadian. Berulang kali Hara membolak-balikkan soal ujian seperti menemukan teka-teki menarik yang hampir ketemu jawabannya.
Apa ini? Nomer dua, tiga belas, empat belas, dua lima. Semuanya. Ini ini, soal yang ku kerjakan dulu. Bukankah semua tampak persis. Tidak tidak. Ini benar-benar sama. Astaga.
Mata Hara segera menuju halaman depan soal yang menjelaskan kode ujian, mata pelajaran, durasi berikut hari tanggalnya. 24 Mei 2017. Hara melebarkan pupil mata begitu menyadari ternyata besok hari ulang tahunnya. Bukan itu deng. Hara menyadari dirinya sempat melompat ke hari ini dan mengerjakan soal ujian yang sama.
Lega sekaligus menyesal turut keluar bersamaan dengan helaan napas Hara yang terdengar saking kerasnya. Beberapa pasang mata meliriknya lalu melanjutkan kembali rutinitas mereka. Hara juga hanya membalas lirikan berikut senyuman yang terlempar dari lubuk hatinya yang terdalam. Sambil terus menunduk ia tak kuasa menahan senyum.
Astaga. Aku tidak pernah menyadari ini. Memang aku begitu bodoh sejak dulu. Inilah takdirku melihat masa depan yang sangat cemerlang.