Future Breaker

Kangmi
Chapter #7

Bagian 6

My Dear, 26 Mei 2017

Ini kali pertamaku berbuat curang. Bukan. Menurutku bukan curang sih. Aku hanya beruntung mengetahui kisi-kisi soal ujian dan aku bisa menjawab soalnya sendirian. Tidak ada bedanya dengan dulu. Berapapun nilai jelek yang kudapat, sejak dulu selalu aku kerjakan sendiri. Bukankah mereka lebih hina daripada aku. Teman-teman yang selalu menyontek saat ujian, dengan bangganya sombong karena mendapatkan juara kelas. Sejujurnya aku tahu kelakukan mereka semua. Hanya saja, aku enggan berhubungan dengan manusia. Tidak ingin melibatkan diri karena justru akan membuat diriku kesusahan. Diam memang selalu menjadi pilihan bijak dalam situasi apapun. Tidak melakukan apa-apa adalah bantuan yang paling berkesan.

Setelah mencurahkan pengalaman ‘curang’nya dalam buku diarynya, Hara tak berhenti tertawa dengan apa yang ia alami. Dia seperti seorang penjahat yang tidak akan pernah tertangkap. Seperti pembunuh yang tidak memiliki senjata untuk membunuh. Analogi yang terlalu sadis sebenarnya. Apapun itu, hari ini rasanya begitu menyenangkan untuknya.

Terlalu awal untuk merayakan euforia ini. Akan lebih baik menunggu hasil ujian dua mata pelajaran terakhirnya. Jika memang menunjukkan hasil yang signifikan, bukan tak mungkin Hara akan mengulanginya diujian mendatang. Mungkin inilah saatnya ia menunjukkan diri bahwa ia sebenarnya layak untuk diperhitungkan. Bukan untuk dirinya tapi untuk balasan kepada teman-temannya yang begitu angkuh mendapatkan nilai tinggi dari hasil menyontek. Hara begitu penasaran seperti apa ekspresi dan tanggapan mereka nanti. Sepertinya seru sekali.

Hari pengumuman nilai tiba. Tidak terlalu mengejutkan, nilai dua mata pelajaran Hara sempurna, membuat banyak pasang mata melirik dan berbisik tidak percaya. Para guru yang bangga juga bercampur curiga. Hara yang selama ini bahkan jarang menyelesaikan setengah soal mendadak mendapat nilai yang sempurna.

Keputusan Hara mengambil langkah ini memang buru-buru dan belum terencana dengan matang. Seharusnya ia membiarkan beberapa soal salah agar tidak terlalu kentara. Tapi nasi sudah menjadi bubur, sekalian saja ditabur suiran ayam dan bawang goreng.

“Coba jelaskan bagaimana kamu bisa mendapatkan nilai sempurna ini? Apa kamu menyontek?” Tanya Pak Raga, guru Kimia sekaligus wali kelas Hara.

“Sebelum bapak menanyakan hal itu, bukankah perlu bukti untuk setidaknya berasumsi.” Jawaban telak Hara membuat Pak Raga tak berkutik.

“Oke. Saya anggap kamu memang serius belajar. Selamat. Lanjutkan.” Balas Pak Raga meskipun air mukanya masih menyimpan banyak tanya.

Lihat selengkapnya