H-1 Ujian Tengah Semester
Di hari menjelang ujian, siswa dipulangkan lebih cepat agar persiapan kelas untuk ujian bisa dilaksanakan. Beberapa siswa tampak pulang, ada juga yang masih nongkrong diberbagai sudut ruang. Lain dengan kelas Hara, kelasnya sudah kosong tidak ada orang. Inilah saat yang tepat untuk melancarkan rencananya yang sudah ia pikirkan matang-matang.
Hara tampak menuliskan kalimat quotes penyemangat ujian di papan tulis. Tidak mungkin Hara melakukan itu tanpa tujuan. Ide cemerlang Hara muncul begitu ia kesulitan benda apa yang bisa ia jadikan untuk menyontek tanpa ketahuan. Bukankah hal yang terang-terangan justru sulit dikenali? Ia berbaur dengan sekitar tanpa dicurigai.
“Masih disini? Tidak pulang?” Tanya petugas yang hendak menata ruang ujian yang tampak kaget melihat masih ada siswa di kelas.
“Oh, saya sedang menuliskan penyemangat untuk teman-teman juga saya sendiri besok. Jangan dihapus ya pak!” Permintaan Hara yang begitu manis membuat petugas luluh.
“Baiklah. Semangat ujiannya.”
Hari H Ujian Tengah Semester
Para siswa yang seruangan dengan Hara tampak satu persatu masuk. Hara datang kedua setelah Maryu. Masing-masing segera duduk dibangkunya sendiri. Beberapa tampak serius belajar, ada juga yang sibuk menggosip.
“Bersama-sama kita belajar, bercanda dan bergembira. Datanglah, ceritalah, aku mendengarmu! Apa ini? Siapa yang menulisnya?” Celetuk Aldo begitu masuk ruang kelas.
Pertanyaan yang membuat Hara tersentak. Ia tidak bisa menyembunyikan kekagetannya meskipun sebenarnya tidak terlalu tampak.
“Entahlah. Biarin aja, meskipun tidak begitu nyambung, aku suka kata-katanya.” Jawab Dian menyelamatkan Hara.
Ujian selesai seperti biasa. Pengawasan yang ketat tidak banyak membuat siswa berbuat curang. Meskipun ada saja yang berhasil ada juga yang gagal. Tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama, Hara menunda keluar ruangan agar tidak banyak yang curiga. Raut wajahnya sumringah begitu ia menyelesaikan ujiannya bahkan tanpa banyak membaca soal. Quotes penyelamat.
Di menit ke-50, Hara pamit keluar duluan dengan alasan ingin buang air. Ia tidak sabar harus pura-pura mengerjakan soal lebih lama. Kali ini tampaknya tidak ada yang curiga.
Di pertengahan jalan menuju kantin untuk mendapatkan seteguk air dingin, Hara berpapasan dengan Nics. Raut wajah Hara begitu terkejut juga linglung tidak tahu harus berbuat apa. Kegrogiannya tampak terlihat saat mata bertemu mata untuk pertama kalinya. Bagi Nics, Hara sama dengan gadis lainnya, yang selalu grogi di depannya karena terlalu terpesona dengannya.
Astaga. Bodohnya aku. Dia takkan mengenaliku sekalipun di masa depan.
Perjumpaan pertama setelah obrolan pertama yang terasa baru kemarin membuat Hara tidak karuan. Bukan karena dia naksir atau sejenisnya. Ia masih tidak bisa mengontrol pembawaan dirinya di masa sekarang atau masa depan. Waktu yang singkat membuat keduanya sama saja dan sulit dibedakan. Sekali ia ceroboh, rahasianya tidak sulit untuk ikut roboh.
Menjelang hari terakhir ujian, semuanya berjalan semestinya. Sesuai harapan dan rencana. Tapi ternyata tidak dengan hari terakhirnya. Hara seperti biasa mengganti quotes yang ia buat di papan tulis sebagai clue untuk jawaban ujian hari berikutnya. Ekor matanya menangkap seseorang muncul di depan pintu sambil bersender memerhatikannya. Tidak curiga. Hara pikir hanya petugas yang hendak merapikan kelas seperti biasa.