Future Breaker

Kangmi
Chapter #10

Bagian 9

Hara masih mematung di tempat untuk beberapa saat yang lalu. Tubuhnya mendadak kaku, tidak bisa digerakan. Napasnya tidak teratur. Pandangannya kosong. Makin lama kakinya lemas tidak kuat menanggung beban tubuhnya sendiri. Ia terduduk di lantai dengan pandangan masih kosong menghadap pintu. Pikirannya kemana-kemana dan tidak tahu harus fokus kemana.

Hari ini hari yang berat. Membayangkan situasi ini saja selalu membuat Hara bergidik ngeri. Apalagi kali ini benar-benar terjadi. Astaga. Rasanya seperti ia ingin pergi saja dari tempat itu untuk waktu yang lama. Apa daya, ia tak bisa. Besok adalah hari terakhir yang harus ia hadapi agar usahanya tidak sia-sia. Hanya butuh mental sekuat baja untuk bertatap muka dengan makhluk menyebalkan yang tiba-tiba bersuara itu. Maryu.

***

Jika harus memilih, Hara pasti bisa membuat keputusan. Hanya saja ia tak memiliki pilihan untuk dipilih. Mau tidak mau ia harus menghadapi hari yang panjang ini untuk menuntaskan segalanya. Berharap tidak terjadi apa-apa. Hara melangkah masuk gerbang sekolah seperti biasa. Disana, di ujung jauh di sana. Mata Hara dengan cekatan mampu menangkap sosok Maryu yang seperti sedang menunggunya. Tidak biasanya, Maryu hanya berdiri mematung tanpa game ditangannya.

Hara berusaha bersikap biasa saja. Tapi sepertinya sama sekali tak bisa, saat suara itu kembali berkata, “Good luck.” Lalu pergi.

Sebenarnya siapa dia sampai membuat Hara selalu kehabisan kata. Satu tahun terakhir sama sekali tak pernah bertegur sapa, sekalinya menyapa mendadak seperti orang gila. Ah, ingin kuakhiri segera hari ini.

Intinya Hara bahagia hari ini berjalan seperti biasa. Maryu yang membuatnya heran dengan kalimatnya pagi ini tidak berulah sama sekali. Hara menjalankan usahanya dengan mulus tanpa kendala serius. Bisa dibilang, ia cukup lega.

***

My Dear, 22 September 2017

Akhirnya lega juga. Setelah kucuran keringat dan air mata bergantian memenuhi rongga hidup seminggu terakhir. Aku sama sekali tidak ingin memikirkan Maryu atau apapun yang menjadi niatnya, tapi aku terus memikirkannya tanpa diminta. Apa yang akan terjadi seminggu ke depan setelah pengumuman nilai MIDku? Apa kesepakatan yang ingin dia buat? Menjual kunci jawaban? Dasar asal bicara. Ah, aku tidak sabar.

Setelah berpikir cukup singkat, Hara memutuskan ke masa depan seminggu tepat saat pengumuman MID untuk segera mengetahui apa yang hendak Maryu bicarakan. Rasa penasarannya sungguh tak bisa membuat pikirannya tenang.

***

Lihat selengkapnya