Seumur hidup, ini kali pertama Hara bertemu dengan seorang laki-laki, berdua saja. Bisa dibilang seperti kencan. Bahasa tubuh Hara dengan jelas menunjukkan itu. Ia kebingungan baju mana yang harus ia pakai. Riasan apa yang cocok untuknya sekaligus bisa terlihat berbeda dengan Hara yang biasanya. Setidaknya Nics tidak bisa mengenalinya jika suatu saat Nics benar-benar mencarinya lagi. Mungkin juga pikirannya kini terlalu jauh kemana-mana. Padahal mungkin saja Nics hanya ingin bertemu. Habis itu sudah.
Jarak alamat kafe yang Nics kirim tidak terlalu jauh dari rumah Hara sehingga ia memutuskan untuk naik sepeda saja. Hara sengaja mengulur waktu agar datang lebih telat supaya dirinya tidak terlihat kikuk sendirian seandainya Nics belum datang.
Waktu sudah menunjukkan pukul 16.20 ketika Hara memarkirkan sepedanya di depan kafe. Dinding kaca transparan membantu Hara mengintip dalam kafe dari luar. Di meja paling ujung, Hara bisa mengenali itu Nics meskipun hanya melihat punggung.
“Sudah sampai mana?”
Pesan masuk membuyarkan lamunan Hara yang sedang meragukan dirinya untuk masuk atau tidak.
“Sudah di luar.” Jawab Hara jujur.
Seketika Nics menoleh dan dengan tepat mata mereka bertemu untuk kali pertama. Lebih tepatnya kedua kalinya. Ini tidak akan seperti sinetron, kok. Untung saja Hara segera mengalihkan pandangannya dan melangkah masuk.
Hara sudah duduk di bangkunya tepat di depan Nics. Nics terus memandanginya sementara Hara memilih memandangi mug-nya yang baru saja diantar pelayan. Bukan pengamat handal namanya jika Hara tidak merasakan Nics sedari tadi memandangnya.
It’s ok. Utarakan saja pertanyaanmu. Selesaikan segera dan pulang! Perintah Hara untuk dirinya sendiri.
“Seperti yang kau tahu, Aku Nics. Nicholas Andrewy. Kelas 12 Amaics School.”
Ucap Nics memulai percakapan.
Bahkan ini bukan kencan. Mengapa aku segugup ini?
“Oh.. Iya sudah tahu. Aku.. Diana.” Jawaban yang direncanakan sudah meluncur dari mulut Hara.
“Diana? Jika kau memang satu sekolah denganku, kenapa begitu tampak asing bagiku. Kau yakin ini pertemuan pertama kita?”
“Tentu tidak. Hampir setiap hari aku melihatmu. Cowok keren yang selalu diikuti gadis-gadis cantik. Pasti kau. Siapa lagi.”