Kegelisahan seorang Nics mencari Diana terus berlanjut sampai berganti hari. Kecurigaannya ‘ada sesuatu’ yang disembunyikan Diana mungkin benar adanya. Asumsi itu justru membuatnya semakin tidak pantang menyerah mencari semua informasi yang berkaitan dengan Diana.
Pertama-tama ia memang mengakui begitu luluh dengan tatapan Diana untuk pertama kali saat di kafe dulu. Kedua, gerak-gerik manisnya sekaligus menjadi kecurigaan yang bahkan tidak bisa diuraian curiga atas dasar apa. Hanya saja banyak hal ganjil terjadi dan dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Ucapan salah satu siswa kemarin terkait Diana mungkin hanya nama samaran masih bisa diterima. Tapi Diana ternyata bukan anak sekolahnya tidak bisa diterima. Soal-soal ujian yang selama ini ia kerjakan tidak mungkin dipakai orang luar. Pertanyaan ‘untuk apa’ sekalipun tidak akan mendapat jawaban.
Tidak seperti biasa, hari ini Nics sengaja berangkat lebih pagi untuk mencari sosok Diana. Mencari nama Diana mungkin tidak berhasil, tapi mencari wajah Diana mungkin akan menemui hasil.
Satu persatu murid Amaics memasuki gerbang sekolah. Nics berdiri fokus menatap satu persatu wajah yang mungkin bisa ia kenali sebagai Diana. Tindakannya cukup gila memang. Tidak sedikit yang menjadi ke-geer-an karena perlakuan Nics hari itu. Jiwa apa yang merasuki Nics sampai ia bertindak sebegitunya. Tapi yang pasti Nics sudah menaruh premis curiga di depan sehingga perlu beberapa kalimat lain untuk dapat menjadi kesimpulan.
Masih berdiri di halte depan sekolah, Hara tidak juga beranjak pergi. Hatinya mengatakan akan ada sesuatu yang mengganggunya hari ini. Kekhawatirannya akan Nics sudah sejak semalam menghantui. Begitu masa saat ini Hara yakin Nics mengingat sosok Diana, Hara gugup dan takut seandainya Nics mencarinya atau bahkan akan mengenalinya meskipun penampilannya berbeda dari sosok Diana.
Maryu yang datang entah darimana mengagetkan Hara dalam lamunan panjangnya. Tanpa sepatah kata ia hanya mengirimkan gestur mengajaknya masuk dan entah mengapa Hara menurutinya.