My Dear, 23 Desember 2017
Banyak sekali hal mengejutkan yang akhir-akhir ini terjadi. Saking terkejutnya aku sampai tidak bisa mencerna semuanya. Ada banyak rasa dan emosi yang menggeluti hatiku akhir-akhir ini. Semuanya begitu seru sekaligus menegangkan.
Semakin aku sadari, pertemuanku dengan Nics ternyata memang tidak akan baik-baik saja. Kau tahu. Sekarang aku resmi menjadi pacarnya. Semua orang mengetahuinya. Hanya saja mereka tidak tahu hubungan seperti apa yang sedang kami jalani. Aku sama sekali tidak menaruh rasa padanya. Meskipun semua orang mengakui dirinya terlalu sempurna untuk menyandang predikat sebagai manusia. Tapi ada satu hal yang orang lain luput darinya. Matanya.
Aku benar-benar sulit untuk menceritakannya padamu. Yang jelas saat kedua kalinya aku bertemu mata dengannya, dari jarak yang amat dekat. Ada kilatan menakutkan yang begitu terasa. Sebagai pengamat, tentunya aku tidak akan salah menilai. Ada apa dengan dia? Tidak cukup Maryu yang membuatku penarasan dengannya, kini Nics juga.
Berbicara mengenai Maryu. Ada yang aneh lagi darinya. Kemarin tiba-tiba saja ia membanting pintu dan memergoki kami tengah berdua saja di ruang OSIS. Lebih aneh lagi, ia hanya menatap kami lalu pergi begitu saja. Ah… Semoga liburan kali ini dapat aku nikmati dengan bahagia. Tanpa memikirkan mereka sementara.
Hari ke-7 Libur Panjang
Hara tengah memantaskan diri di depan cermin. Tubuhnya kini sudah rapi dibalut kaos polos putih dengan rok selutut berwarna kuning. Rambutnya digerai rapi karena hari ini ia sedang menjadi Diana. Tidak juga. Kini ia benar-benar Hara. Tidak perlu lagi menyembunyikan identitas gandanya. Nics sudah tahu dan tidak menaruh curiga.
Hari ini kencan mereka yang pertama. Lebih tepatnya kencan pertama Hara. Hara sudah sempat menolak ajakan Nics. Namun Nics terus saja memaksa, paksaan bernada ancaman yang membayangkannya saja membuat Hara ngeri. Apalagi tiap ia mengingat sorot mata tajamnya.
Jadwal pertama mereka hari ini adalah menonton film. Pilihan jatuh pada film barat bergenre horror-thriller yang ternyata selera mereka sama. Hara akhirnya menemukan Nics di antara kerumunan antrean karcis. Nics dari jauh saja benar-benar tampan. Padahal tubuh tingginya hanya dibalut kaus putih polos dengan celana jeans abu-abu. Sederhana tapi elegan.
Kini setelah mereka duduk berdekatan, aura Nics benar-benar semakin keluar. Hara hampir saja tidak bisa mengontrol hatinya. Sepanjang film diputar, Hara berusaha fokus menonton. Sama sekali tidak menghirauan beberapa perkataan Nics yang dari tadi berusaha memulai percakapan. Sebagai pengamat, lagi-lagi Hara tidak bisa membohongi diri bahwa sejak tadi Nics terus memandangnya tanpa jeda.
Ponsel Hara tiba-tiba bergetar sekali menandakan ada pesan masuk. Hara berusaha tetap fokus pada cerita film yang ia tonton. Getaran kedua, ketiga dan berikutnya tiba-tiba memenuhi notifikasi ponselnya yang membuat Hara tidak tahan ingin membuka pesannya. Buru-buru ia meraih ponsel di dalam tas kecilnya sekaligus kesempatan untuk menggerakan tubuhnya yang sedari tadi berusaha fokus menatap ke depan.