Keterkejutan Hara sebentar lagi akan berubah menjadi ketakutan yang dalam. Nics yang berusaha ia hindari beberapa jam terakhir secara tidak terduga menemukan keberadaannya. Di tempat ia baru saja membohonginya. Ah iya, ia lupa menanyakan untuk apa Maryu memintanya menjauh dari Nics.
Nics masih berdiri mematung dengan sorot mata tajamnya. Menatap Hara lekat-lekat. Kemudian simpul senyuman terlihat dari bibirnya setelah ia mengalihkan pandangannya ke belakang Hara. Maryu muncul dari balik pintu dan tidak kalah terkejutnya Nics menemukan rumahnya beserta Hara.
Nics tanpa berkata apapun segera merangkul Hara yang masih berdiri mematung untuk mengajaknya segera pergi dari rumah itu. Tak lupa, Nics meninggalkan senyum kecil setelah sudut matanya menangkap Maryu masih berdiri menyaksikan kepergian mereka.
Sepanjang jalan Hara dan Nics saling diam. Sama sekali tidak ada obrolan. Hara merasa mungkin ini lebih baik daripada dugaannya yang sempat berpikir Nics akan memarahinya. Tapi di sisi lain, Hara juga memiliki seribu pertanyaan yang ingin ia utarakan pada Nics. Salah satunya mengapa Nics bisa tahu ia sedang di rumah Maryu.
Rangkulan tangan Nics sedari tadi akhirnya terlepas, membuat keduanya kompak menghentikan langkah. Hara bahkan sama sekali tidak berani untuk menatap mata Nics. Meskipun kalau dipikir-pikir ia tidak perlu merasa bersalah karena Nics sejak awal mengetahui ia sama sekali tidak menyukai Nics, secara bahasa hati.
“Tanyakan saja apapun!” Kalimat pembuka Nics yang membuat Hara heran bagaimana Nics mengetahui apa yang sedang ia pikirkan.
Hara masih terdiam. Nyalinya justru ciut setelah sesi tanya jawab dibuka.
Nics yang tidak sabar tiba-tiba jongkok tepat di depan Hara hingga ia dapat melihat jelas wajah Hara yang sedang menunduk. Lebih tepatnya wajah Hara yang baru saja terkejut. Lucu sekali.
Hara refleks mundur selangkah sampai akhirnya ia mengeluarkan suara. “Apa kau membenciku?”
“Yah tebakanku salah. Bukan itu pertanyaanmu yang kupikirkan.” Jawab Nics dengan nada kecewa sembari berdiri kembali.