Kabar duka kembali menyelimuti Amaics School. Bukan sekadar kabar duka biasa melainkan sebuah tragedi yang mengenaskan. Tidak genap sebulan, dua siswa kebanggaan mereka meregang nyawa dengan cara yang tak pantas.
Hal ini menjadikan citra sekolah internasional yang menjadi sekolah idaman sejak lama itu sedikit demi sedikit mulai terkelupas. Bahkan kelas 11.2 yang menjadi titik pusatnya harus menerima perlakuan tidak mengenakan dari kelas sebelah.
Banyak desas-desus bertebaran. Mengatakan ada hal menjijikan terjadi di kelas 11.2. Hanya saja semua mata memilih terpejam, telinga memilih terpendam, mulut memilih bungkam. Ada hal tidak beres yang disembunyikan.
Segala berita itu tidak sampai kepada Hara. Ia tidak berani menginjakkan kaki ke sekolah. Dirinya sudah dihantui gangguan yang tidak bisa dijelaskan. Begitu abstrak hingga membuatnya mual.
Polisi berusaha keras menemuinya setiap waktu karena Haralah yang menjadi saksi kunci atas tragedi itu. Atau mungkin polisi sudah menempatkan Hara menjadi status tersangka.
Sedangkan Maryu lebih tenang untuk menghadapinya. Ia dengan suka rela bersaksi atas apapun yang ia lihat saat kejadian. Hanya saja ia sama sekali tidak menyebut nama Hara. Jika ia berterus terang bahwa Haralah yang memintanya untuk merebut minuman itu, ah tentu Hara tidak lagi aman. Apalagi bagaimana Hara bisa tahu hal itu masih ingin diketahui Maryu. Ia ingin dirinya yang tahu lebih dulu agar selanjutnya mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengembalikan keadaan.
Satu minggu sudah Liu dimakamkan. Polisi telah menetapkan Liu meninggal murni bunuh diri karena racun Arsenik yang sebagian jejaknya polisi temukan di tempat sampah toilet sekolah beberapa hari dari waktu kejadian.
Sekolah kembali normal. Tragedi itu berusaha dilupakan. Semuanya sedang berjuang dan bersusah payah untuk mengenang hal-hal yang indah saja.
Nics sudah kembali dari Jepang. Sekolah menyambut dan mengapresiasi dengan senyum mengembang. Nics penyelamat yang sejenak mengalihkan duka sekolah yang berkepanjangan.
Senin pagi ini pidato kepala sekolah rasanya tidak jauh-jauh dari prestasi Nics. Mungkin karena ini pertama kalinya Nics berhasil menjuarai kompetisi internasional atas nama Amaics School bukan sekolah lama Nics. Meski begitu, para murid tidak keberatan karena Nics sejak tadi berdiri sendirian di depan bagai pajangan. Jadi semakin absurd karena tepat sekali Hara berada di belakang Nics yang sedari tadi diam mematung membawa naskah Pancasila.