Sejak hari itu, kehidupan berjalan seperti biasa. Hara hanya menuruti kemauan Nics untuk berkencan dengannya meskipun Hara yakin Nics semata-mata melakukan itu hanya untuk membuat Maryu cemburu. Hara sendiri sampai sekarang masih belum yakin perasaan seperti apa yang sebenarnya ia berikan pada Maryu. Sementara Maryu tetap menjalankan aktivitasnya dalam dunia game. Sekolah mulai dipadatkan dengan banyaknya kegiatan yang menguras waktu dan tenaga. Bahkan Nics sudah harus mempersiapkan ujian nasionalnya hingga ia tak pernah lagi muncul dihadapan Hara akhir-akhir ini.
Tak terasa, tiba waktunya H-7 Ujian Tengah Semester Genap. Hara sama sekali tidak ingat ia seharusnya segera atau dari dulu melompati waktu untuk mendapatkan kunci jawaban yang ia mau. Apalagi klien mereka semakin hari semakin bertambah berkat promo rahasia Maryu yang tengah pada puncaknya.
Merasa tidak ada waktu lagi, Hara merelakan meninggalkan beberapa hari sebelum ujian demi melancarkan aksinya di masa depan. Kumpulan soal ujian berhasil ia dapatkan. Tak disangka, tepat saat Nics dibutuhkan ia tidak ada. Nics menghilang dari sekolah. Sama sekali tidak ada yang tahu keberadaannya.
Hara terus berusaha menghubungi Nics meskipun respon selalu 'tidak dapat tersambung'. Tidak bisa dibayangkan seandainya kunci jawaban ujian kali ini gagal didapat. Akhirnya setelah dua hari terlewat, Hara mendapat kabar Nics tengah dirawat di rumah sakit sejak tiga hari yang lalu.
Hara terkejut mendapati luka-luka memar yang lumayan parah. Salah satu telapak tangan Nics mendapat balutan menyeluruh karena luka di situ paling parah.
“Astaga Nics. Kok bisa seperti ini?”
Nics yang semula memejamkan mata berusaha membuka mata mendengar Hara mendatanginya.
“O, Hara. Aku baik-baik saja.”
“Kau yakin? Kau jangan seperti perempuan yang selalu mengucapkan baik-baik saja meskipun sebenarnya sedang tidak baik.”
“Baiklah. Aku kesakitan sekarang. Aku terus merasa pusing. Aku melihatmu ada dua di sana.”
Meskipun rasa khawatirnya tumbuh, Hara sama sekali tidak mengingat hal lain selain kunci jawaban harus ia dapatkan hari itu juga.
“Aduh… Bagaimana ya ini aku harus mengatakannya. Apa kau bisa mengerjakan soal untukku? Aku harus mendapatkannya hari ini. Tapi sepertinya kau tak akan sanggup.”
“Apa begitu mendesak? Aku benar-benar tidak bisa sekarang. Tapi aku cukup senang. Maryu yang membuatku seperti ini. Maryu sendiri yang menghancurkan bisnisnya tanpa ia sadari.”
“Apa? Maryu yang membuatmu seperti ini?”