Icha merebahkan tubuhnya dikasur kecil miliknya. Ia baru saja tiba di kos tepat pukul 8 malam setelah lelah seharian ospek. Rasa pegal menyerang badannya, mengingat ospek hari ini hanya ada seminar saja, dimana dia harus duduk berjam-jam dengan kaki terlipat.
Sungguh melelahkan!
Icha kembali membuka mata lebar, menatap langit-langit kamar tanpa berkedip. Dia melupakan sesuatu!
Surat cinta.
Dengan sekali sentakan Icha langsung bangun dan meraih buku didalam tasnya untuk menulis surat cinta yang telah dijanjikan oleh panitia ospek.
"Huaa.. Icha mau tulis surat cinta untuk siapa?" jeritnya dengan mengetuk kepalanya dengan buku.
Icha kembali terdiam dengan posisi yang sudah duduk dimeja belajarnya. Menatap nanar buku dan pulpen di hadapannya.
Bukannya tidak bisa membuat surat cinta, tapi Icha bingung dia mau tulis surat cinta untuk siapa?
Icha menghembuskan napas panjang, saat pikirannya memikirkan seseorang saat ospek tadi siang. MC acara ospek tadi, kembali membuat Icha tersenyum.
"Nama kakak itu siapa ya?" gumam Icha pelan. "Buat suratnya aja dulu, besok tanyain sama temen!" lanjutnya sedikit ceria.
Perlahan Icha menuliskan kata demi kata yang indah dibuku bagian tengah. Dia tidak akan mengutarakan bahwa Icha menyukai seniornya itu. Tapi lewat surat ini, Icha harap seniornya itu menyukai tulisannya.
"Bodo ah, kalo besok diketawain karena udah bikin surat cinta buat kakak itu! Yang penting Icha suka!" gumam Icha, tanpa ada niat berpikir dua kali, akibat apa yang akan timbul nantinya jika dia menulis surat cinta untuk Raga.
Setelah selesai Icha merebahkan bandannya dikasur. Membayangkan hari esok yang akan membuatnya bahagia karena memberi surat pada seniornya itu. Mata lentik dan indah itu perlahan terpejam, membawa Icha kedalam tidur yang nyenyak.
***
Icha lari terbirit-birit menuju lapangan utama kampus, sambil mengalungkan name tag nya. Ia tidak ingin terlambat untuk kedua kalinya. Hari ini hari kedua ospek dan hari ini juga Icha akan membaca surat cinta itu.
Icha berdiri dibarisan belakang. Hatinya sedikit meringis, bahwa hari pertama dan kedua ospek dirinya juga belum mempunyai teman. Bahkan dengan tatapan sendu, Icha melihat teman sekelompoknya sudah membuat geng.
"Gapapa deh, gak punya teman yang penting Icha harus kuat!" gumam Icha pelan, menyemangati dirinya sendiri. Sembari mengikat rambutnya yang sudah kering, gadis itu dengan seksama mendengar kata sapaan dari senior yang sempat memenuhi pikirannya.
"Selamat pagi semua?" sapa Raga.
"Pagi kak!"
"Pagi ini akan ada dua seminar, kemudian istirahat dan melanjutkan dengan kegiatan yang sudah tertera dimading!"
Semua mahasiswa baru mendegus panjang mendengar ada seminar lagi. Tidak bisakah diganti dengan kegiatan apa gitu?
***
Sekarang adalah jam ishoma setelah 5 jam berada digedung, untuk mengikuti seminar yang telah ada, dan wajib untuk diikuti. Rasa pegal dan lelah bikin mabuk kepayang. Kaki Icha terus menjerit untuk diselonjorkan dan pada akhirnya ia bisa duduk dibawah pohon rindang dekat dengan lapangan utama kampus.
"Boleh gue duduk disini?"
Seseorang berdiri disebelah Icha, lantas Icha mendongak, menyipitkan matanya karena sinar matahari yang begitu terik menghalangi pandangannya.
"Boleh," kata Icha akhirnya dengan senyuman kecil menghiasi wajahnya.