G E C H A

Abell Istari
Chapter #4

#3 Surat Cinta

"Yang namanya Al Gevan Satria Nugraha, siapa?" tanya Raga, dengan menatap seluruh mahasiswa baru yang tengah duduk dilapangan, bersama teriknya matahari.

Mulut Icha menganga. Menatap Raga dengan bingung. Kenapa laki-laki itu menyebut nama orang lain? Bukannya surat itu tertulis untuknya?

"Yang merasa namanya Al Gevan Satria Nugraha, tolong berdiri!"

Lagi, Icha dibuat terkejut dengan Raga. Apa ada yang salah dengan surat cinta Icha? Icha rasa tidak ada yang salah.

Ribuan mahasiswa kebingungan, mencari tahu siapa pemilik nama tersebut. Hingga pada akhirnya, ada satu orang yang berdiri tepat dibarisan tengah. Dengan nama kelompok Mohammad Hatta.

Mata Icha langsung tertuju pada satu orang yang berdiri diantara ribuan mahasiswa baru.

Laki-laki yang berdiri itu, tidak menoleh pada forum, melainkan matanya fokus menatap lurus kedepan. Dengan wajah datar tanpa ekpresi apapun.

Raga kembali memandang Icha dengan harapan hancur. Gadis cantik didepannya ini tidak menuliskan surat cinta untuk dirinya, melainkan untuk laki-laki yang berdiri ditengah lapangan.

"Kamu kesana, dan baca suratnya didepan dia!" kata Raga berusaha tenang, merubah raut wajahnya kembali seperti biasa.

Icha masih diam, dia belum mengerti semua ini. Bahkan surat yang Raga sodorkan belum juga diambil oleh Icha.

"Ayo buruan, kasian dia berdiri terus." kata Raga lagi.

Icha sadar, lekas mengambil surat di tangan Raga. Lalu matanya melebar saat surat itu bukan untuk Raga melainkan untuk nama yang Raga sebut tadi.

"Kok bukan untuk kak Raga?"

Dengan langkah lemas, Icha kembali menoleh pada laki-laki yang masih berdiri tegap tanpa bergerak sedikit pun.

"Mati Icha! Icha gak kenal sama tu orang!"

Helaan napas kaluar dari mulut Icha, ia mulai menggerakan kakinya menuju kelompok Mohammad Hatta. Semua pasang mata tertuju pada Icha. Ada sorakan semangat untuk Icha dan ada juga yang menyorak Icha tidak suka.

"Demi cerita Cinta Fitri semoga tu orang gak kejam gak dingin gak kayak di novel-novel yang Icha baca!"

Dua langkah lagi, kaki Icha akan berdiri tepat didepan laki-laki itu. Bahkan di barisan depan Icha melihat ada Dewi yang tersenyum sumringah pada Icha. Sementara laki-laki itu berada dibarisan sebelah Dewi. Mereka satu kelompok.

Tunggu!

Icha melihat ada Dafa dibelakang laki-laki itu. Dafa tersenyum miring pada Icha. Dan ya, Icha yakin bahwa Dafa telah mengerjai Icha hari ini. Memang hari sial untuk Icha.

"Jahat, sumpah! Huaaa Icha dikerjain!"

Dan pada akhirnya, Icha berhasil berdiri tepat didepan laki-laki itu.

Laki-laki itu tak melirik sedikit pun pada Icha, dia hanya menatap lurus kedepan. Seakan-akan orang didepannya itu sama sekali tidak menarik perhatiannya.

Saat Icha mendongak, hatinya menggerutu kesal pada laki-laki ini.

"Ya Allah, ni orang minumnya susu Zee ya tinggi banget!"

Tinggi Icha hanya sebatas dada laki-laki itu bayangkan saja bagaimana pendeknya Icha. Tubuhnya belum bisa dikatakan seperti gitar Spanyol.

"Baca!"

"Baca!"

"Baca!"

"Tembak sekalian woi!"

"Cakep sama cakep sih!"

"Semangat Icha!" seru Dewi yang duduk tepat disebelah Icha berdiri.

"Baca!"

"Baca!"

Lihat selengkapnya