G+nosis Allogenes

Pena Inksword
Chapter #1

00 - Pengungkapan

Waktu, ia yang terus berubah seperti air dalam sungai yang terus bergerak merindu rahim samudera. Disana ia akan dikumpulkan sebagaimana ruh manusia pada alam baka. Kemudian ia akan diangkat ke langit lalu disucikan pada tubuh sang Ayah dan kembali memulai siklusnya untuk kembali pada aliran sungai.

Laksana ouroboros yang mengigit ekornya. Keabadian yang terlihat fana karena begitu singkatnya manusia menyaksikan waktu. Karena itulah manusia memiliki hasrat akan dua hal yang dimiliki oleh waktu. Yakni keabadian, dan penglihatan mereka.

Manusia merindu keabadian sampai ketika pengetahuan akan dunia berbuah dalam alkimia, mereka berhasrat akan keabadian melalui batu bertuah. Rasa takut akan kematian, dan juga keinginan untuk menyaksikan waktu secara utuh membuat manusia terus mengejar pengetahuan yang menjadi alasan kejatuhan mereka. Sampai akhirnya pengetahuan akan keabadian mereka dapatkan, tapi bukan kekekalan.

Selain keabadian, manusia juga berhasrat akan mata sang waktu, yang melihat bagaimana seluruh semesta seutuhnya. Dengan menyaksikan masa depan, manusia berharap agar hidup mereka takkan pernah melakukan kesalahan, bahkan pun meski salah berbuah, tapi pengorbanan sepadan.

Karena itu penglihatan akan masa depan selalu menjadi angan-angan semua manusia. Karena hal itu bahkan lebih berharga daripada keabadian.

Akan tetapi kesalah pahaman akan konsep waktu dan masa depan itu membutakan mereka. Meskipun terlihat sungai yang dialiri waktu itu akan senantiasa deras sampai samudera, tapi sungai itu bukanlah riak yang tenang.

Karena di dalamnya ada batu yang terkadang mengganggu aliran sungai. Dan hal itu menyebabkan masa depan takkan pernah pasti, bahkan untuk waktu sendiri.

#############

Nathaniel Iangsis membelalakkan kedua matanya ketika bibinya mengecup mata kanannya. Meskipun sekilas, waskita yang ia dapatkan baru saja membuat seluruh tubuhnya menggigil akan kengerian yang ia saksikan.

Titik-titik keringat bermunculan dari wajahnya, dan seketika itu juga bibinya mengambil sapu tangan ungu dari meja rias. Semerbak parfum aroma lavender berangsur menenangkan Nathaniel yang lemas dan langsung jatuh ke pelukan bibinya. Usianya yang baru tiga belas tahun membuat bibinya tak begitu terbebani olehnya.

Lihat selengkapnya