MINGGU, 5 SEPTEMBER 2021.
19:00
Kita ke kedai ramen waktu itu. Koko yang punya tujuan untuk kembali dengan alasan tidak mau kencan jauh-jauh apalagi dua hari belakangan hujan sering turun tanpa terprediksi.
Kita disambut dengan pelayan yang sama saat nobar beberapa hari yang lalu. Ia begitu mengingat wajah Koko apalagi gue. “Ini mas sama mbaknya yang waktu itu nobar yah?” tanyanya.
Koko menjawab. “Iya Mas. Kenapa?”
Dia menjawab seakan sudah dekat dengan kita. “Lengket mulu kayak lem sagu.”
Tak ada yang tersinggung di antara gue dan Koko. Memang hubungan kita lengket. Malahan tertawa renyah yang kita balas sebagai apresiasi usahanya untuk melucu. Gue curiga, jangan-jangan ini orang sebenarnya pelawak dan pelayan restoran hanyalah side job.
“Kita pacaran Mas,” ucap Koko berani tanpa risih karena secara nyata, ia sedang berkencan dengan manusia setengah onde-onde dan pelayan itu terkaget-kaget seakan ketimpa uang 271 triliun rupiah. UPS!!! Sorry.
“Wow. Kisana beruntung sekali. Bagi ilmunya bang.” Pelayan malah meledek gue seakan tampang begini tidak bisa mendapatkan bidadari surga firdaus model Koko.
Gue membalasnya dengan plesetan daripada gue jadiin ganjalan meja itu mulutnya. “Kisana!!! Warung ayam goreng emangnya.”
Lebih gondoknya lagi dia malah meladeni plesetan gue. Koko yang melihat aksi stres dua lelaki hanya tertawa. Ia tidak sebal dan merasa terhibur.
“Itu Hisana bang."
"Nah itu tahu. Kocak lu."
"Ye… bisa aje, abu rokok. Ya sudah pesan apa.”
“Ramen goreng super pedas sama teh hijau, manis kayak bidadari depan gue,” ucap gue.
“Aku sama. Ramen goreng tambah pangsitnya yah. Minumnya teh hijau, manis kayak aku kata kekasihku,” lanjut Koko.
Pelayan itu pergi dengan wajah berbunga-bunga ceria dan menyuruh menunggu. Kita yang kasmaran malah dia yang klepek-klepek. Kocak sekali.