G O A T

Rizky Brawijaya
Chapter #10

Hattrick

JUM'AT, 1 OKTOBER 2021.

20 : 00



Tiga hari Abah tidak pulang ke rumah. Itu yang membuat gue sama kakak gue khawatir kecuali Emak. Dia malah menganggap ini hari-hari yang sangat menenangkan buat dirinya. Gue sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi. Jadi diam dan memaklumi adalah dua hal yang masih sanggup gue jalankan saat ini.

Sepulang kerja dan mengantar Koko ke rumah, gue langsung bergerak ke rumah salah satu adiknya Abah di Ciracas, Jakarta Timur. Adiknya yang memberitahu kepada kakak gue siang harinya. Gue berangkat sendiri karena kakak gue sudah tiba dahulu sejak sore.

Hampir menjelang isya gue tiba di pekarangan rumahnya dan disambut hangat keluarga saudara ipar yang kebetulan sudah dekat sejak gue kecil. Disanalah gue melihat Abah sedang menonton televisi sembari menghisap sebatang rokok layaknya juragan bebek.

“Bah.”

“Eh, elu Ky. Baru sampe?”

Gue mencium punggung kanan lelaki 79 tahun itu. Sudah cukup tua tapi tak nampak banyak keriput berlebih di wajah sampai setengah badannya. Bahkan ia masih kuat berlari, mengitari lapangan lebih dari 10 kali.

“Sampe Bah. Abah sehat?”

“Alhamdulillah. Gue kenyang disini.*

Ada sekotak kue cucur dan donkal betawi. Makanan kesukaan Abah dari bujangan katanya. Raut wajahnya berubah senang begitu menerima makanan yang sengaja gue beli pas perjalanan tadi. Gue ditawari makan bersama tapi menolak dengan alasan sudah kenyang.

Beberapa menit kemudian, setelah selesai basa-basi barulan di ruang tamu semua pada kumpul. Gue, kakak gue, Abah, adiknya Abah berserta sang suami. Pembahasannya hanya satu yaitu Abah harus pulang.

“Bah. Emak nyariin di rumah. Dia suruh Abah pulang. Dia kesepian dan merasa bersalah sudah galak dan kasar sama Abah. Sekarang bisa Abah pulang? Kumpul bareng lagi di rumah?” Kakak gue membujuknya.

Abah berulah dengan penolakan. “Gak!! Gue udah gak harga dirinya dimata Emak lo. Gue baik dikit, salah. Gue perhatian malah salah lagi. Cewek sedeng tuh orang.”

“Sekarang maapin Emak deh Bah. Maklum kan udah uzur. Emak jadi gampang emosi. Lagian kalo Abah pulang, Emak minta maaf. Serius.” Giliran gue berusaha membujuknya tapi gak segampang itu. Ia kekeh menolak.

“Gak akh!!! Kapan-kapan aje. Gue betah dimari. Gue juga gak yakin Emak minta maap sama gue. Gengsi die tuh segede toren aer di rumah. Tahu kan lo.”

Karena gak sabaran. Gue mengeluarkan jurus terakhir. Semoga ini ampuh.

Gue menunjukkan foto tercantik, terbaik dan termanis Koko dihadapan Abah termasuk semuanya yang hadir. Itu foto juga gue yang jepret saat pacaran hari ke lima di Taman Mini Indonesia Indah.

Kedua bola Abah membulat sempurna. Ia kaget dan bertanya-tanya soal bidadari kesayangan gue itu. “Siape tuh? Anak presiden?”

“Bukan Bah. Dia perempuan biasa. Dia pacar Kiky.”

Semua terkejut seperti mendapatkan hadiah haji lima tahun berturut-turut. Gue responnya hanya kebingungan. Apa sih!! Drama keluarga gue lama-lama kayak sinetron SCTV.

Lihat selengkapnya