G O A T

Rizky Brawijaya
Chapter #14

Injured

RABU, 27 OKTOBER 2021. 

07 : 45



Dari hari Selasa, pacar gue sibuk beraktivitas diluar kantor. Ada event tentang teknologi perbankan di gedung sekitaran SUGBK. Koko diundang jadi salah satu tamu diantara ratusan karyawan seangkatannya.

Ia cukup bangga begitu namanya terpilih. Apalagi gue, senang sekaligus iri dalam. Gue berpikir kapan yah bisa kerja di gedung bertingkat dan paling diincar oleh para pekerja diluar gedung itu termasuk gue. Sedangkan gue hanya di gudang distribusi sparepart mobil dibilangan Jakarta Timur.

Gue gak mau terlalu menonjolkan rasa iri tersebut terang-terangan dihadapannya. Asal dia bahagia, gue akan berusaha ikut bahagia.

“Kamu masuk jam berapa nanti?” ucap Koko setiba di parkiran.

“Jam 10 malam. Pulang jam 6. Tenang, aku masih bisa antar kamu pulang juga antar kamu berangkat,” balas gue semangat.

“Kamu gak ngerti kecapekan. Aku ngeri kamu drop,” keluh Koko menunjukkan rasa simpatinya. 

Layaknya Superman gue tetap menepis keresahannya itu. “Enggak. Aku bisa. Nanti jangan kemana-mana. Aku jam setengah lima udah disini lagi. Sekalian berangkat.”

Koko terharu. Ia seperti beneran melihat kekasinya sosok pahlawan. “Makasih banyak ya Ky. Gimana aku gak sayang terus sama kamu. Kamunya begini terus ke aku.”

Saking terharunya ia mencium punggung tangan gue layaknya suami lalu pamit dengan wajah penuh gembira. “Hati-hati imamku. My Captain.”

Perjalanan pulang gue penuh diiringi musik gembira di kedua telinga, jalanan mendadak lengang seakan semua orang memberi jalan dan menyambut gue di pinggir jalan dengan siraman bunga yang jumlahnya miliyaran.

Dua jam gue tiba di rumah. Emak dan Abah terlihat akur dengan sarapan soto ayam langganannya. Lagi-lagi gue merasa lega mereka terus akur semenjak kedatangan Koko. Gue kebagian satu bungkus. Kakak gue yang super baik membelikan dan menyimpannya di lemari makanan.

“Gimana hubungan lo sama Koko sejauh ini?” tanya kakak gue.

“Aman aja,” kata gue

“Lo gak ada rencana nikah dalam waktu dekat?” Pertanyaan cukup mengejutkan sampai mulut gue hampir tersedak.

“Lu aja belum nikah. Masa gue langkahi kakak gue sendiri,” cetus gue spontan.

“Gue kayaknya gak bakal nikah deh. Gue nyaman aja begini. Gak ada yang ganggu dan buat gue ribet. Pekerjaan, gue punya usaha gorengan sama es teh. Duitnya ada terus tiap hari dan gue tabung. Jadi bisalah buat gue jalanin hidup.

“Yah, bagaimanapun juga Emak sama Abah butuh anak dari lo sama gue. Apa cowok gak mau kali sama lo kak,” ucap gue dengan tuduhan diujung bicara.

Lihat selengkapnya