G O A T

Rizky Brawijaya
Chapter #15

Kembaran Declan Rice

KAMIS, 28 OKTOBER 2021

18.30



Mau makan apapun rasanya benar-benar hambar. Kakak gue belikan martabak dan dimsum, gue tidak habiskan. Selain mati rasa dilidah, gue juga kepikiran Koko yang pulang sendirian.

Ia mengirimkan foto dirinya seorang diri naik ojek online. Beruntung sekali tukang ojek itu bisa tumpangi permaisuri Kuningan.


Setengah jam kemudian Koko datang menjenguk dengan penampilan masih mengerjakan pakaian kerja dan sekotak pizza juga sekantong buah jeruk dan mangga serta dua totebag yang gue gak tahu isinya apa. Lantas ada kelegaan dalam hati melihat ia datang dalam kondisi selamat. “Alhamdulillah. Macet gak dijalan.”

Saat ini di kamar hanya ada gue seorang diri. Abah dan Emak juga kakak gue sedang makan di kantin.

“Bagusnya enggak. Untung deh bisa cepat ketemu kamu. Gimana kondisi kamu?” katanya menghampiri gue penuh rasa khawatir.

“Sejak kedatangan kamu beberapa detik yang lalu kondisiku membaik. Aku justru khawatir kamu pulang sendirian. Entar digoda di jalan sama orang asing. Desak-desak naik kereta atau angkot,” balas gue tak kalah khawatir.

“Yah kalo digodanya sama orang Inggris. Gak apa-apa. Apalagi setampan Declan Rice. Duh, diapa-apain juga mau sama dia mah.” Koko memancing kecemburuan gue. Tapi gue punya cara untuk membalas.

“AMIN!!"

Ekspresinya langsung berubah kecut. Bibirnya ia monyongkan sebagai simbol ia tidak suka atas respon gue. “Kok, gak cemburu.”

“Buat apa aku cemburu. Aku lagi sakit yang ada malah tambah sakit kalo aku cemberut. Lain kali aja yah,” kata gue.

“Akh, gak romantis.” Ia masih tak terima. Tapi tangannya malah membukakan gue sebuah jeruk manis lalu ia menyuapinya. Aneh yah, cemberut tapi perhatian.

“Nah, ini baru romantis,” kata gue tertawa ringan.

Koko langsung mengalihkan ke topik selanjutnya. “Yank, aku nginap yah. Temenin kamu. Kamu suruh Emak sama Abah juga kakak kamu pulang.”

Gue terkaget-kaget. “Lah, bapak sama ibu kamu bagaimana?”

“Tadi aku pas di jalan telepon Bapak. Bilang nginep temenin Kiky. Kata Bapak. Boleh.”

“Bapak kamu gak curiga apa! Takutnya dia mikir yang macem-macem.”

Koko berpikir. Ia berusaha menelaah kalimat gue barusan. “Maksud kamu ngewe atau mesum gitu? Yah kali di rumah sakit. Emang kamu kuat sakit-sakit begini?”

Gue menggeleng bengong

“Lagian aku juga gak mau kamu lagi sakit. Entar nular lagi.”

“Yah terus soal lain. Pakaian kamu buat kerja esok?”

“Tenang. Aku sekalian belanja kaos sama celana panjang bahan buat salinan juga empat kain buat alas tidur sama selimut. Pakaian kerja masih bersih kok. Masih bisalah buat hari terakhir.”

Tersentuh hati ini ya Tuhan. Ia begitu modal banyak hanya itu bisa menemani gue yang sedang terbaring lemah.

Lihat selengkapnya