MINGGU, 12 DESEMBER 2021
07. 00
Pagi-pagi Koko sudah mengirimkan gambar yang menyeramkan dipesan WhatsApp. Tiga foto yang menjelaskan kaki kelinci kesayangannya berdarah dengan tulisan bahwa si Juned diserang oleh binatang misterius. Kemungkinan sih bisa anak tikus karena kandang sang kelinci ditaruh dihalaman belakang rumahnya yang terbuka. Gue mengirim pesan begitu kepadanya.
“Tapi rumahku gak ada tikus,” bantahnya.
“Yah itukan didalam rumah sedangkan halaman kamu begitu membentang terbuka. Siapa tahu tikus manjat tembok kamu dari rumah sebelah? Bukannya dibelakang rumah kamu ada kali kecil yah?
“Iya juga sih. Ya udah jadinya aku harus bagaimana?” tuntut Koko merengek.
“Yah, ke klinik hewan aja. Pet care. Paling cuman dikasih obat.”
“Sama kamu yah? Aku gak tahu pet care daerah sini?”
“Siap nona manis. Aku berangkat sekarang.”
“Makasih sayangku.”
Koko begitu terlihat sedih hewan kesayangan diobati. Berasa seperti anaknya sedangkan gue, gak ada kasihannya sama si Juned. Semua hewan pun gue bersikap biasa saja seandainya sedang kena musibah. Bukannya benci yah.
“Seandainya dia ada pendampingnya. Pasti terlindungi. Enggak kayak sekarang. Sendirian sehari-hari di kandang kayak jomblo ngenes. Sabar yah. Kumpulin uang dulu buat beli pendamping kamu.”
Mending milih kasihan sama yang merawatnya. Setelah semuanya selesai gue mengantar Koko lagi ke rumah buat mengantar Juned ke kandang. Ia minta untuk tidak jalan-jalan keluar dulu. Koko mau fokus sama Juned. Terus saya ngapain sayangku?
Gue hendak pamit pulang. Sekali-kali gue siang-siang akhir pekan di rumah. Koko mengizinkan dengan senang hati. Biasanya perempuan kalo ditinggal saat lagi kencan, ngambeknya luar biasa.
“Kalo sudah sampai rumah, telepon yah. Hati-hati di jalan,” pesan Koko.
Anehnya selama diperjalanan pulang gue terus kepikiran soal Juned yang kesepian. Ternyata binatang bisa juga gelisah begitu. Apa jangan-jangan sebenarnya Juned melukai diri sendiri demi cari perhatian ke Koko?
“Lo Lebay anjir !!!” suara hati gue menegur.
Akhirnya gue bablas ke Pasar Jatinegara. Gue tiba-tiba kepikiran untuk membelikan kelinci buat pendampingnya Juned. Gue membayangkan diri gue sebelum kenal Koko. Betapa ngenesnya gue hidup dirundung kesepian tanpa adanya kekasih baru. Jujur, hidup gue selain dilanda kebangkrutan ekonomi keluarga juga dilanda rasa takut akan kesendirian.
Walaupun ada Bagas dan Rafi. Tidak kemungkinan rasa itu seringkali datang menimpa. Mereka tak menjamin setiap waktu hidup gue terisi dengan candaan dan kerandoman mereka.
Anjing!! Jadi curhat begini sama diri sendiri didepan kandang monyet. Abang-abang sampai menegur gue.