Koko sudah yakin bahwa tubuhnya tidak positif hamil. Gue sudah menemani dia melakukan pengecekan di rumah sakit dekat rumah gue. Dokter bilang kondisi tubuh Koko sedang tidak stabil. Stres dan faktor kebiasaan juga menjadi penyebab telatnya haid.
“Alhamdulillah, makasih Dok.” Koko terlihat sangat senang. Gue hanya tersenyum. Yang aneh hanya ekpresi dokter sampai ia melontarkan pertanyaan yang membuat kita mendadak bingung untuk menjawabnya.
“Kenapa kalian senang sekali belum mendapatkan kehamilan?”
Hening beberapa detik.
Untungnya gue bisa menemukan jalan keluar yang akurat. “Jadi kami baru menikah tiga minggu yang lalu. Bukannya istri saya tidak senang hamil cepat. Masalahnya dia mendapatkan beasiswa ke Madagaskar lusa, melanjutkan S3 nya di sana. Dijamin negara.”
Dokter terkagum-kagum meresponnya. Dia juga menjabatkan tangan sebagai tanda ucapan selamat. Gue sih cuma cengir monyet sedangkan Koko malah sedikit kebingungan.
“Hebat kamu. Bawa harum dan nama baik bangsa yah Mbak. Kalau bisa nanti hamilnya setelah dapat gelar. Kamu sebagai suaminya jangan pancing suami untuk berhubungan badan dulu Yah. Kalau boleh tahu jurusan apa kuliah kamu.”
“Mmm… teknik otomotif tank dan kendaraan perang,” jawab Koko asal. Anjir, jawaban apa itu. Mind blowing sekali.
“Wah, yang bikin-bikin tank yang buat perang itu yah. Keren! Saya support kamu.” Dokter itu makin percaya.
Apa sih ini. Gila kali Koko buat tank.
Koko meminta sama gue untuk tidak melepas cincin putih yang gue belikan sebelum ke rumah sakit dari jari manisnya. Gue juga pakai kok.
“Cincinnya bagus. Aku malas melepasnya.”
“Iya, kenang-kenangan dari aku. Maaf yah hanya mainan murah.”
“Mainannya sih murah tapi ide kamu yang mahal dan cemerlang. Kamu belikan ini sebagai tanda kita suami istri kan. Dan efeknya kena ke dokter tadi. Selama ngobrol dia melirik jari-jari tangan kita beberapa kali. Makanya saat respon kita soal kandungan yang negatif dia tidak tanya soal status kita. Coba kalo tidak pakai ini cincin. Mungkin dokter curiga kita cek kandungan sebenarnya untuk menghindari hamil diluar nikah.”
“Iya, aku tiba-tiba kepikiran itu. Dan aku pengen ngomong serius sama kamu soal imbas dari kejadian ini,” kata gue.
“Apa?”
“Jangan berhubungan badan lagi yah sampai kita ditakdirkan menikah. Mungkin ini teguran buat kita supaya tidak melewati batas dalam kasmaran. Aku minta maaf jika sudah kelewatan dalam hubungan seks. Kita tahan saja yah.”
Koko menatap gue serius kemudian dia tak menjawab malah memeluk gue erat dan hangat.