G O A T

Rizky Brawijaya
Chapter #34

The Badut London

KAMIS, 17 MARET 2022.

06 : 00



Ya Tuhan, gue senang banget bisa meledek Koko sampai hari minggu nanti karena tim kesayangannya baru kalah tadi dinihari. Gue akui sih lawannya sangat penting untuk tidak dianggap sebelah mata. Liverpool. Akhirnya ada yang menemani gue menikmati kesialan sampai beberapa hari kedepan.



Wajahnya sungguh tidak enak dipandang. Ia sangat menyesali atas pengorbanan waktu tidur demi pertandingan yang ia harapkan mendapatkan 3 point penuh di rumahnya sendiri. Tapi squad yang lagi buruk dan permainan yang lumayan jelek membuat Koko tidak merasakan hawa kebahagiaan dipagi yang cerah membiru ini.

“Udah, nanti juga menang lagi kok. Emang lawannya gak sepadan aja. Liverpool rivalnya tuh sekarang City. Bukan meriam lemper,” ledek gue.

“Apaan sih. Jadi sekarang kamu anggap timku medioker semua. Kelas bocah?”

“Ya, iya untuk saat ini. Memang kamu lihatnya begitu kan? Lacazatte saja yang sudah nyaman di depan gawang Alisson malah gak bisa cetak gol kan? Malah kebingungan dan dioper ke temannya yang dibelakang. Benerkan tadi mainnya begitu?”

Koko diam sambil memandang gue cemberut. Dia menyerah dan menyuruh gue langsung tancap gas menuju kantornya. Saking sebalnya, dia gak mau gue ajak sarapan nasi uduk di tempat langganan kita.

“Aku pokoknya mau fokus kerja. Gak mau mikirin makan, kencan mau kemana. Aku lagi malas,” ucap Koko dibelakang gue.

“Yah jangan begitu dong. Kencan tetap harus kencan. Cuma karena tim jelek, mud kamu juga ikutan jeblok.” Gue coba memberikan solusi singkat.

“Tim aku doang yang jelek karena kalah. Masih mending tim kamu yang jelek tapi imbang. Seenggaknya pulang bawa satu point. Lah aku malah kekurangan jumlah gol masuk. Udah! Pokoknya malam aku langsung pulang.”

“Ya sudah tapi cuma malam ini doang yah cembetutnya. Malam-malam besok usahin jangan. Malah aku yang kebawa cemberutnya karena gak kencan terus.”

“Semoga.”

Omongan Koko tadi tidak bohong, mud buruknya masih sama seperti pagi. Ia hanya berbicara seperlunya saja tak seperti biasanya. Bahkan saat gue tawarkan sekali lagi untuk makan di restoran maupun kedai ramen langganan, ia menggeleng kuat dan teguh mau pulang. Ini ngambek yang paling parah dibandingkan ngambek-ngambek yang lalu gegara hal yang sama.

Sebelumnya dia masih mau diajak makan malam, kencan meskipun sebentar dan mau diajak bicara apa saja dan nyambung. Tapi malam ini gue gak tahu harus cari jalan keluarnya bagaimana. Bahkan gue biarkan saja dia masuk ke dalam rumah begitu sampai. Tanpa sepatah kata yang ia lontarkan ke gue. Misalnya terima kasih yang selalu dia lempar dibarengi senyum manisnya.

Yah, akhirnya malam ini gue habiskan beberapa jam dengan duduk dan ngobrol sama bokapnya. Bapak heran dengan sikap anaknya barusan. “Kenape tuh anak?”

“Ngambek. Arsenal kalah sama Liverpool.”

Bapak ketawa ringan seperti hal yang lucu.

“Yah, memang begitu Koko kalo timnya kalah. Sebelum kenal sama lo apalagi pacaran, die ngedumel kayak monyet cengo di kamar beberapa hari. Tapi tenang aje, kalo timnya menang. Beh, baik dan royalnya gak tahan. Lagi itu gue pernah dibeliin ponsel android tiba-tiba. Nih hapennya masih gue pake. Gue tanya alasannya ape? Dia bilang Arsenal menang Community Shield lawan siape lagi itu. Lupa.

Yah agak kaget gue dong dan kebetulan juga hape lama gue dikaretin kayak karedok. Udah gak usah dibawa pusing. Entar juga bae kalo timnya menang lagi,” jelas bokapnya bikin gue sedikit lega.

Sebenarnya gue juga sudah tahu dan sudah rasakan atas sikap Koko begini tapi seperti yang gue bilang. Ini ngambeknya yang paling parah dan gue gak yakin dia bakal baik sendirinya saat Arsenal menang. Itupun kalo menang pertandingan selanjutnya. Kalo kalah makin pusing saya.

Akhirnya gue memutuskan pulang. Gue pamit pada bokapnya tak lupa Koko melalui pesan singkat.

Lihat selengkapnya