Gue, Rafi dan Koko sudah kumpul di tempat kemarin. Semua sudah gue arahkan sebelum melakukan tindakan. Koko berusaha berani dan meminta doa semoga ia terselamatkan kemudian ia bergerak pertama disusul Rafi beberapa menit kemudian.
“Cok, vidcall gue yak. Udah paham kan lu?” kata gue memastikan Rafi mengerti.
“Iya. Serahkan sama gue.”
Ini demi Koko agar masalahnya cepat selesai dan semua harus ia lewati. Tak lama Rafi menelepon gue dan memasang kamera tersembunyinya ke arah Koko yang sedang mengantri es kopi. Suasana menggambarkan cukup ramai tak seperti gue malam kemarin. Dan penjual es tersebut belum mengetahui kehadiran Koko.
Koko gue perintah untuk merekam video melalui ponselnya yang ia taruh di saku kemeja. Gue terus fokus memperhatikan Koko yang semakin lama semakin mendekat ke meja pedagang tersebut.
Suasana berubah kisruh saat mata mereka saling bertemu. Pedagang es kopi itu menatap tajam Koko dan mulai membentaknya. Suasana semakin suram saat sosok lain datang membantu penjual kopi marah-marah dan menodongkan sebuah palu berukuran sedang.
Terjadi adu mulut yang memancing orang-orang sekitar berkumpul. Gue tidak melihat ekspresi Koko karena posisi Rafi yang di belakang punggung Koko. Perasaan gue mulai tidak enak dimana kata-kata kasar dari penjual itu terlontar keras dan menggelegar.
Pergi lo anjing!!! Gak usah ganggu anak gue lagi. Setan kayak lo gak pantes dapet maaf.
Adegan selanjutnya lebih parah lagi. Koko di siram lagi dengan es kopi sampai ia jatuh tersungkur ke tanah. Untungnya orang di belakang dia membantu membangunkan. Basah kuyup sebagian tubuhnya dan Koko tidak melawan.
“Cuk, cewek lu udah gak beres digituin. Kesini lah cepetan.”
Panggilan dimatikan dan gue menyuruh Rafi diam-diam merekam kejadian itu sama seperti yang dilakukan Koko. Begitu gue menghampiri Koko yang lusuh kedua pelaku penyiraman itu kaget dengan kehadiran gue.
“Kamu kenapa sampai disiram. Gak apa kamu? Siapa yang siram kamu?”
Koko hanya menunjuk ke mereka. Gue yang pura-pura tidak tahu langsung menunduh dan memaki balik. “Maksudnya apa siram perempuan ini? Salah apa dia?”
Perempuan yang semalam bertemu gue bersuara. “Dia mau bunuh saya Mas. Makanya ibu saya siram. Nah, Mas semalam yang cari tetangganya kan. Nah ini dia orangnya!! Bawa pulang sana. Dia bawa petaka!”
Sekarang giliran gue bertanya dengan Koko yang sedari tadi berdiri di samping gue. “Benar kamu mau bunuh dia?”
Koko menggeleng kuat. “Enggak!!! Aku cuma mau beli es kopi tapi disiram sama dia!!”
“Mbak jangan asal nuduh dia mau bunuh orang. Nyatanya dia gak bawa sajam dan cuma mau beli minuman Mbak.” Gue mulai berapi-api dan mereka langsung tegang tapi masih mampu berdalih.
“Yeh!! Kalo gak mau bunuh orang kenapa saya lempar air ke dia. Dia bohong!!”