G O A T

Rizky Brawijaya
Chapter #40

G O A T

SENIN, 2 MEI 2022.

09 : 00


Koko sang pemenang!!!

Ia berhasil menjalankan ibadah puasa selama 28 hari dibandingkan gue yang hanya 25 hari. Padahal, dari semenjak awal puasa hingga seminggu lebih tiga hari menjelang lebaran cobaan Koko banyak sekali.

Mulai dari kasus penyiram kopi yang sudah gue ceritakan yang berdasarkan pengakuannya membuat dia stres dilanjutkan dengan tim kesayangannya Arsenal yang kalah dua pekan berturut-turut. Dua minggu dia tahan emosi tidak seperti biasanya yang ngambek berlebihan. Beruntunglah meriam lontong itu kalah di bulan puasa.

Bukan itu saja. Ini momen yang gue buat kesalahannya lumayan fatal. Bisa dibilang ini memalukan harga diri dia sebagai kekasih gue.

Jadi dihari minggu siang nan cerah gue mengajak sekaligus menghibur Koko ke Jakarta Akuarium. Dia senangnya luar biasa begitu gue berhasil bawa dia ke sana. Dirinya begitu antusias menyaksikan banyak hewan-hewan laut menari di akuarium raksasa.

Sebagai pacar yang baik gue merasa bersyukur banget dong sama Tuhan karena telah berhasil menyenangkan bidadari ciptaannya yang sedang magang di bumi.

“Makasih banyak. Kamu membuat ku berhasil tersenyum setelah menikmati kekalahan pahit kemarin-kemarin.”

“Iya dong pasti sayang. Apa sih yang enggak buat kamu.”

Dia menabok pundak gue. “Dasar mulut buayanya keluar lagi.”

Waktu masih lama menuju maghrib. Gue memutuskan membawa Koko ke tempat yang agak jauh sedikit. Yaitu ke Metropolitan Mall Bekasi. Koko bertanya kenapa harus Mall ini? Dan gue hanya menjawab biar seru saja pergi jauh-jauh.

Kita belanja layaknya orang kaya. Kebutuhan yang Koko perlukan gue sengaja belikan sekalian keperluan gue. Koko semakin tambah bahagia dan lompat jingkrak-jingkrakan seperti bocah TK di basemen bahkan ingin mencium gue tapi dia ingat ini bulan puasa. Setelah itu kita memutuskan pamit tuk buka puasa di rumah Koko.


Selama perjalanan suasana jalan sangat lengang dan minim macet. Pulang terasa menyenangkan dan Koko izin meminjam punggung gue untuk dijadikan bantal. Ia ingin tidur dan gue membiarkan itu terjadi.

Imajinasi gue berputar sambil menatapi jalanan. Gue membayangkan sudah menikah dengan Koko di sebuah gedung kerajaan Inggris. Keren banget kan. Kami merayakan suasana romantis dan kemegahan tiada tanding. Setelah pernikahan kami menikmati bulan madu mengelilingi seluruh kota maupun pedesaan Inggris yang masing-masing punya khas.

Kami bercinta dengan mesra sampai kami mampu melahirkan anak pertama kami yang sangat mirip Koko. Dia permaisuri berharga kami. Dia kami rawat dan tumbuh baik sampai ia besar dan menemani kami menua di sebuah danau indah dikelilingi pegunungan yang penuh ketenangan.

Tapi yang aneh kenapa di danau seindah ini ada mobil patroli polisi Indonesia menghadang kami. Dua orang polisi itu turun menghampiri dan menegur kami sopan namun tegas. Dan gara-gara itu, lamunan gue buyar kembali ke jalanan yang sepi.

Seorang polisi menegur. “Selamat sore.”

Gue berpikir bahwasanya gue sudah berpakaian lengkap seperti helm dan jaket. Surat-surat kendaraan juga dibawa. Apa salah saya?

“Kamu sadar apa kesalahan kamu? Kamu naik motor dalam kondisi tubuh sehat kan?” ucap polisi tadi sedangkan satunya lagi memeriksa surat kendaraan gue.

Di situasi itu juga Koko terbangun dan terkejut. Wajahnya bertanya-tanya pada gue dan gue menjelaskan apa adanya.

“Salah saya apa Pak?” tanya gue hati-hati.

“Coba kamu tengok kiri kanan?” katanya membuat gue dan Koko mengikuti perintahnya.

Hanya flyover biasa. Terus kenapa?

“Gak ada apa-apa?”

“Yakin kamu?”

Gue mengangguk yakin.

“Saya jelaskan bahwa kamu masuk tol layang Kalimalang. Ini jalan tol. Jalan pemotor di bawah.”

Disitulah rasa malu gue meledak. Koko juga mengingatkan gue yang sekaligus membuat dia kembali bete. Gue meminta maaf kepada mereka karena mengkhayal berlebihan. Bahkan gue sempat dituduh mabuk dan gue membantah. Untungnya Pak Polisi memaklumi dengan kondisi gue lagi puasa namun tak terhindar dari tilang.

Percakapan berlangsung singkat dengan kesimpulan yang cukup mengena di pikiran kemudian gue kembali ke jalan yang seharusnya dan dilanjutkan dengan Koko yang memarahi gue karena tidak fokus.

“Lain kali pikiran sama mata harus bisa diajak kerjasama. Jadinya begitu kan kalau tidak sinkron. Payah kamu Yank. Ganggu tidur aku aja tahu. Sekarang udah gak bisa lagi."

Lihat selengkapnya